Tidak jarang kawula yang mengintip langit terkesima oleh puisi astronomi. Perasaan mendalam dapat banjir seperti oase yang mencegah hidup menjadi kering.
Claudius Ptolemaeus, astronom kuno Mesir, bersajak, “memang aku makhluk fana, aku tahu aku hidup hanya sehari, tetapi ketika aku menyaksikan bintang beramai-ramai menelusuri jalur melingkar, telapak kakiku tidak lagi menyentuh bumi; aku diangkat ke hadapan Zeus yang menyuguhkan Ambrosia, makanan para dewa.”
Maka anestesi yang menumpulkan indera digantikan dengan euforia yang mengundang rasa penasaran dan kagum; mengubah hal lazim menjadi mencengangkan; dan membangkitkan kerinduan manusia akan pengetahuan semesta.
Inilah rayuan para bintang. Inilah puisi astronomi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H