Astronomi adalah ilmu yang megah. Meski begitu, pengetahuannya bukan sesuatu yang eksklusif bagi kalangan elite.
“Bagi saya astronomi sangat menarik. Jika dilihat dari sudut pandang amatir, ilmu ini lebih menyenangkan dan tidak harus berkutat pada rumus. Kita dapat melihat hal-hal yang tidak dilihat kebanyakan orang,” kata Roni (27).
Roni adalah pengurus Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ) yang telah berdiri sejak 1984. Himpunan ini diprakarsai untuk mengakomodasi masyarakat yang haus akan pengetahuan astronomi yang lebih mendalam.
Menaati visi yaitu ‘memasyarakatkan ilmu astronomi’, anggota HAAJ memiliki berbagai latar belakang dan berkumpul atas dasar kecintaan terhadap astronomi. Pekerjaan dan usia bukanlah batu sandungan bagi mereka yang tertarik untuk berpartisipasi.
Latar pendidikan pun tidak membatasi.
“Ada anggota yang berpendidikan informatika, matematika, bahasa, bisnis dan filsafat.”
Memang, ujar Roni, untuk menyukai astronomi seseorang tidak harus memiliki pendidikan astronomi formal. Ia sendiri adalah jebolan ilmu elektronika yang dipertemukan dengan ilmu perbintangan.
Himpunan baru saja menunaikan Star Party di Pusat Teknologi Penerbangan di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional, Rumpin pada tanggal 13 dan 14 Agustus yang lalu. Para peserta menikmati acara peneropongan matahari, Planet Jupiter, Venus dan Mars, dan juga mengenal teknologi penerbangan tanah air.
Bila kecintaan astronomi anda belum terbina dan belum siap bergabung dengan para astronom amatir, maka Planetarium dan Observatorium Jakarta adalah batu loncatan yang baik untuk lebih mengenal ilmu kuno ini.
Pengunjung dapat menyaksikan pertunjukan teater bintang yang menggugah imajinasi dan sensasi dengan sesaat meninggalkan ibukota untuk melayang di antara bintang-bintang, melihat komet dengan ekornya yang panjang dan mengenal galaksi Bima Sakti yang memuat tata surya kita.
Pada tanggal tertentu, saat langit malam tidak diselimuti awan, peneropongan dibuka untuk umum di Planetarium. Bulan dengan wajahnya yang tidak mulus dan planet Saturnus yang bercincin, si balerina antariksa, dapat diamati menggunakan teleskop yang menengadah ke angkasa.