Mohon tunggu...
Joseph Edwin
Joseph Edwin Mohon Tunggu... Penulis lepas -

Melukis kita dengan kata

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Komunitas Sahabat Lalu Lintas

3 Agustus 2016   11:08 Diperbarui: 5 September 2016   07:44 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Jakarta, 3 Agustus) Enggan takluk pada imej negatif, komunitas sepeda motor memiliki peran dalam meningkatkan keselamatan jalan.

Jumlah kendaraan di Indonesia mengalami tren meningkat setiap tahunnya. Namun, peningkatan tersebut diimbangi dengan jumlah kecelakaan lalu lintas yang semakin bertambah pula.

Dalam publikasi Badan Pusat Statistik (BPS), tercatat pada tahun 2014 jumlah kendaraan bermotor di Indonesia berkisar 114 juta dengan sepeda motor mengenyam porsi terbanyak yaitu 93 juta atau 81,41%.

Cucu Mulyana, Direktur Pengangkutan dan Multimoda Perhubungan Darat, menerangkan bahwa 71 persen kecelakaan lalu lintas menyangkut kendaraan beroda dua (dikutip dari merahputih.com).

Menurut Haryo Yudha (43), ketua dari komunitas sepeda motor Jelajah Riders, kebanyakan dari kecelakaan sepeda motor dapat dihindari dengan menaati peraturan lalu lintas.

“Disiplin pengguna jalan masih minim dan pengetahuan lalu lintas mereka masih belum cukup. Asal bisa nge-gas saja,” jelas pria yang berdomisili di Jati Asih ini.

Pria yang akrab dipanggil Yudha menambahkan bahwa stres akibat kemacetan ibukota juga memiliki andil signifikan dalam mendorong pengemudi untuk menyeleweng.

Meski begitu, Yudha menetapkan bahwa hal tersebut bukan alasan untuk membahayakan diri sendiri dan orang lain.

“Saya menekankan agar para anggota patuh kepada undang-undang,” ujar Yudha.

Jelajah Riders yang ia pimpin adalah klub pecinta sepeda motor Jakarta yang berdiri sejak 2011, dengan 30 anggota aktif.

Komunitas penghobi sepeda motor layaknya Jelajah menanamkan nilai disiplin saat berkendara di jalan raya dengan membiasakan anggota untuk mengenakan helm standar nasional Indonesia (SNI); menjaga laju maksimal 60 km/jam; serta melepas ego dan menjunjung tinggi keselamatan.

Dengan digembleng kegiatan petualangan dan touring yang kerap kali diselenggarakan, masing-masing anggota membangun rasa solidaritas dan menelantarkan ego.

Lelaki yang sudah berkeluarga ini menjelaskan, “Memang Jelajah banyak melakukan touring di alam. Di sana, anggota disadarkan bahwa mereka membutuhkan satu sama lain. Dengan begitu mereka meninggalkan ego masing-masing.”

Kegiatan seperti di atas memberikan efek tumpahan ketika riders kembali ke kehidupan kota.

Foto oleh Haryo Yudha untuk halaman facebook Jelajah Riders https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1613740752203105&set=pb.100007015867335.-2207520000.1470268390.&type=3&theater
Foto oleh Haryo Yudha untuk halaman facebook Jelajah Riders https://www.facebook.com/photo.php?fbid=1613740752203105&set=pb.100007015867335.-2207520000.1470268390.&type=3&theater
Seorang anggota Jelajah bernama Dadan mengaku bahwa sifat taat peraturan yang ia miliki tumbuh karena bergabung dengan komunitas.

“Memang anggota diwajibkan untuk mengikuti peraturan. Jika ada pengemudi motor yang menerobos lampu merah, kita tidak akan mengikuti,” ucap Dadan.

Selain merupakan sarana penyalur hobi, komunitas ini juga ingin memberi contoh positif bagi masyarakat, khususnya pengemudi motor muda.

“Saat ini banyak kelompok yang berdiri tanpa visi dan misi yang jelas. Ada beberapa yang berisikan anak remaja sehingga emosi masih belum stabil. Mereka bertindak tidak pantas, layaknya pemilik jalan raya,” jelas Yudha saat diminta komentarnya tentang grup yang memberi reputasi buruk kepada komunitas pecinta motor.

Bersama dengan kelompok penggemar sepeda motor lain seperti Manguni Riders, New Vixion Lightning Family, dan Verza Rider Community, Yudha dan kawan telah berpartisipasi dalam penyuluhan keamanan lalu lintas yang diselenggarakan oleh Polri dan ikut berperan dalam menyebarkan informasi kepada sesama pengendara.

Bahkan Badan Narkotika Nasional (BNN) telah mengundang komunitas tersebut untuk mendukung acara edukasi mengenai bahaya minuman keras dan narkoba.

Ketika ditanya pesan apa yang ingin ia sampaikan, Yudha berkata setiap pengendara harus membangun kematangan diri.

“Coba ingat dengan keluarga. Lebih baik terlambat sepuluh menit daripada lebih cepat lima menit tetapi membahayakan diri.”

Walau mengedukasi pengemudi kendaraan beroda dua merupakan tugas yang menantang, namun bukan berarti mustahil.

Simak saja Ian, seorang petugas keamanan yang setiap hari menggunakan motor sebagai moda transportasi utama.

Tanpa berafiliasi dengan komunitas, Ian memiliki kesadaran untuk mencontohkan praktik sehat bermotor.

Ian berkata, “saya menganjurkan semua orang memakai helm, perjalanan dekat atau jauh. Saya ingin mencontohkan kepada anak dan keponakan saya. Walau adik saya sering mengejek, saya tetap teguh demi keselamatan.”

Dengan adanya komunitas sepeda motor panutan, pengendara teladan seperti Dadan dan Ian, serta kepolisian dan instansi lain yang tak lelah mengingatkan masyarakat untuk berkendara aman, bukan tidak mungkin persentase kecelakaan lalu lintas terpangkas secara drastis.

Cita-cita membangun lalu lintas yang aman bagi semua sangat membutuhkan partisipasi masyarakat. Apakah anda tertantang untuk menjadi panutan bagi riders lainnya?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun