Tahun 2017: Gubernur DKI masa jabatan 2017-2022
Kemungkinan Ahok menang dan menjadi Gubernur DKI (gubernur asli, bukan melanjutkan seperti sekarang melanjutkan dari Jokowi) dengan masa jabatan 2017-2022. Kemungkinan lain Agus Yudhoyono menang. Jika Agus Yudhoyono yang menang, peta politik untuk 2019 dipastikan akan berubah lagi. Koalisi baru sangat mungkin terbentuk. Yang sudah ditunggu lama adalah rujuknya dua dedengkot politik mainstream dua dinasti politik Indonesia, Kubu Cikeas dan Kubu Teuku Umar. Jika sampai dua kubu ini bergabung, Pilpres 2019 dipastikan akan lebih seru dan gegap gempita.
Â
Tahun 2019: RI-2
Di tahun 2019 ini Jokowi akan maju kembali dengan ‘pasangan baru’nya yaitu Basuki Tjahaja Purnama sebagai calon RI-2. Pasangan Jokowi-Ahok yang menghebohkan pemilihan Gubernur DKI Jakarta tahun 2012 akan maju kembali untuk pemilihan RI-1 dan RI-2 di tahun 2019. Jika Agus Yudhoyono kalah dalam Pilgub DKI 2017, Demokrat tidak akan gegabah mengusungnya menjadi capres di 2019, pamornya masih jauh di bawah Jokowi. Pilihan logis Kubu Cikeas adalah merapat ke PDIP-Golkar-Hanura-Nasdem; bersama-sama mengusung pasangan Jokowi-Ahok untuk Pilpres 2019. Dengan segenap kegaduhan politik yang mengikutinya, hampir bisa dipastikan pasangan Jokowi-Ahok tidak terbendung di 2019.
Jika Agus Yudhoyono menang, pilihan pasangan Jokowi untuk RI-2 di 2019 adalah Ahok atau Agus Yudhoyono. Mengingat gengsi masing-masing Kubu Cikeas dan Kubu Teuku Umar, pilihan pasangan Jokowi-Agus kecil kemungkinannya dibanding dengan Jokowi-Ahok.
Apapun yang terjadi di 2017, Ahok kalah atau menang, kesempatan untuk melaju bersama dengan Jokowi di 2019 jauh lebih besar dibandingkan siapapun juga calon gubernur DKI 2017 hari ini. Sepertinya tidak banyak yang mengantisipasi contigency strategy Ahok. Jika 2017 terjungkal dari kursi DKI-1, kursi Menteri Dalam Negeri terbuka lebar untuknya. Untuk Jokowi, sangat diperlukan sosok seperti Ahok untuk mengobrak-abrik tatanan birokrasi dan pemerintahan di negeri ini. Pemilihan Ahok sebagai menteri dalam negeri tidak akan dapat dibendung siapapun juga karena reshuffle kabinet adalah hak prerogatif mutlak seorang Presiden.
Sebenarnya dengan bercokolnya Ahok sebagai Menteri Dalam Negeri dalam kabinet Presiden Jokowi, akan lebih memudahkan gebrakan mereka berdua dalam menjungkirbalikkan equilibrium politik Indonesia. Posisi Menteri Dalam Negeri memegang kunci utama seluk beluk dan liku-liku pemerintahan dan birokrasi di seluruh Indonesia. Dan di tahun 2019, sekali lagi duet Jokowi-Ahok akan maju dalam Pilpres 2019.
Ditambah lagi dengan kemunculan dua partai baru, Partai PERINDO – Persatuan Indonesia oleh Hary Tanoesoedibjo dan PSI – Partai Solidaritas Indonesia oleh si cantik Grace Natalie yang sekaligus menjadi ketua umumnya. Akankah dua partai baru ini berkibar dan bersinar? Hanya waktu yang akan menjawabnya.
Sedikit intermezzo…