Mohon tunggu...
Jose
Jose Mohon Tunggu... Guru - Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Saya Hose merupakan seorang guru. Saya memiliki pengalaman mengajar masih sangat mudah, kurang lebih empat tahun. Dan saya memiliki kesempatan menulis kolaborasi serta memiliki karya pribadi.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bukan Mendewakan Guru, tetapi Kebajikan

12 Maret 2024   18:37 Diperbarui: 12 Maret 2024   18:46 293
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya pembentukan nilai-nilai di atas, tidak diarahkan secara terarah pada murid tersebut. Namun, guru akan melakukan relasi secara berjarak, karena terekam oleh masalah yang dihadapi sebelumnya. Nilai kepedulian guru terhadap siswa akan berjalan tidak sepenuhnya, karena arah perhatian guru tidak dialami secara utuh. 

Ketakutan tentu akan membatasi pergerakan guru terhadap siswa tersebut. Proses memulihkan guru terhadap masalah ini membutuhkan waktu yang cukup lama. Bagaimana dengan kehadiran murid di sekolah yang nota bene, ia harus mengenyam pendidikan. Siapa yang akan mempedulikan secara utuh? Stereotip terhadap pribadi siswa tersebut telah membudaya pada ekosistem pendidikan setempat.

Dampaknya, siswa hadir di sekolah hanya memenuhi kewajibanya sebagai siswa. Proses pembinaan karakter di sekolah, akan menjadi pertanyaan besar, akan seperti apa yang ia terima?

Adab merpakan nilai moral untuk mendukung tindakan dalam mendapatkan peluang belajar yang lebih memadai, nyaman. Siapa pun menerapkan adab, tentu peluang menciptakan kesejateraan diri sebagai self-defense sehingga membentuk karakter tangguh, tidak mudah menyerah, tidak menjadi whistle blower.

Krisis moral adalah masalah esensial di zaman ini. Krisis moral ini dapat terjadi karena, pertama, hilangnya kebiasaan untuk peduli. Kedua, tidak menumbuh kembangkan rasa empati. Ketiga, mudah menyerah. Keempat, tidak ada arah tujuan jelas sehingga menimbulkan keraguan yang berkepanjangan. Kelima, daya juang rendah. Keenam, cepat menyerah. 

 Nah, bila terjadi demikian, siapa untuk memulihkan kemerosotan moral?   Praketk kekerasan yang menimpa Bapak Damianus Dolu, telah memberi arti bahwa krisis moral telah meraja lela di semua kalangan.

Akan tetapi, sikap optimpis penulis untuk memulihkan martabat guru dan marwa sekolah pasca kejadian yang perlu dilakukan adalah pertama, membuat opini publik secara moderat. 

Tujuan membentuk opini publik bukan menyerang kedua pihak, tetapi memberi kesadaran terhadap miss konsepsi terhadap praktik yang fatal. Kedua, membangun komunikasi positif dengan kepala sekolah untuk mengambil sikap mengutuk serta memutuskan solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut. Ketiga, membangun kerja sama bersama komite sekolah. Sekolah dapat menggali tanggapan komite terhadap masalah yang dihadapi sekolah serta menggali aspirasi dari mereka dalam membuat sebuah keputusan yang bijak.

Keempat, membangun komukasi dengan orang tua. Orang tua diberi edukasi tentang batasan tindakan yang dapat dilakukan atau tidak di lingkungan sekolah. Edukasi tersebut sebagai upaya menumbuhkan budaya kerja sama antara sekolah dan orang tua dalam menjaga harkat dan martabat guru dan institusi sekolah. Kelima, bagun optimistis guru untuk menyelesaikan masalah tersebut secara jujur, tulus, serta menghindari sentiment pribadi. Masalah yang menimpa rekan guru merupakan masalah keprofesian guru. Semua rekan harus bersama-sama menjaga martabat guru.

Keenam, menggali aspirasi serta tindaklanjut dari siswa bersama OSIS terhadap permasalahan yang di hadapi sekolah. Aspirasi siswa merupakan cara pandang mereka untuk membentuk budaya positif di lingkungan sekolah dengan cara saling menguatkan, saling kerja sama yang selektif, saling menghormati, serta saling menjagan nama baik guru dan sekolah. Ketujuh, guru yang tergabung dalam Komunitas Guru Belajar Nusantara Lembata bersama oragnisasi Guru melakukan kesepakatan serta mencari solusi serta mengecam dengan tegas terhadap tindakan tidak beradab siapa pun di lingkungan sekolah.

Alhasil, usaha yang dilakukan ini merupakan tindakan untuk mewujudkan nama baik sekolah, martabat guru, warga sekolah serta orang tua siswa untuk memahami kehadiran sekolah sebagai lembaga pendidikan yang bertujuan untuk membina manusia agar semakin menyadari perannya sebagai manusia bagi dirinya, keluarga, sekolah dan masyarakat.

Dokumen penulis (12/03/2024) Komunitas Guru Belajar Nusantara
Dokumen penulis (12/03/2024) Komunitas Guru Belajar Nusantara

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun