Negeri kita dikenal sejak dulu dengan karakter gotong royong yang menjadi budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat. Meski harus diakui, seiring dengan era modernisasi saat ini, karakter ini dirasakan mulai luntur bagi para generasi muda kita.
Gotong royong bearti kemampuan untuk melakukan kegiataan secara bersama-sama dengan suka rela agar kegiatan yang dikerjakan dapat berjalan lancar, mudah dan ringan. Bagi generasi yang lahir sebelum tahun 90an, terutama di suku tertentu, pastilah sangat akrab dengan kebiasaan "rewang" ketika sedang punya hajatan tertentu.
Namun belakangan ini, budaya "rewang" itu mulai terkikis disebabkan oleh satu atau beberapa hal. Kita tentu saja tidak berharap budaya 'gotong royong' yang menjadi budaya luhur ini hilang dari tatanan kehidupan berbangsa dan bermasyarakat. Karena itu adalah tanggung jawab kita bersama, terutama pelaku dunia pendidikan untuk kembali menanamkan dan memperkuat budaya gotong royong bagi generasi muda kita.
Ada 3 kata kunci dari karakter 'gotong royong' yaitu kolaborasi, kepedulian dan berbagi. Ketiga hal ini perlu dibiasakan dan dibudayakan saat anak-anak kita belajar di kelas seperti melatih mereka untuk belajar secara berkelompok atau mengerjakan suatu proyek atau aksi sosial secara bersama-sama.
#4 Mandiri
Pelajar Indonesia harus menunjukkan profil sebagai seorang pelajar yang mandiri, yang bertanggung jawab atas proses dan hasil belajarnya sendiri. Pembelajaran Jarak Jauh di masa pandemi covid-19 ini adalah kesempatan baik bagi kita untuk mengevaluasi bagaimana kualitas kemandirian anak-anak kita kini.
Kemandirian secara sederhana berarti kesadaran akan diri dan situasi yang dihadapi. Serang pelajar yang memiliki karakter mandiri akan memilki self regulation yang baik, sehingga hal yang dilakukannya adalah cerminan dari tanggung jawab yang dimilki bukan sekedar untuk menghindari hukuman dari kealfaannya.
Tentu saja orangtua punya peran penting untuk melatih anak-anak di rumah memiliki sikap mandiri yang baik. Orangtua yang secara kebablasan memanjakan anak-anak saat berada di rumah secara tidak langsung akan membiasakan mereka untuk tidak memiliki karakter mandiri.
#5 Bernalar Kritis
Kemampuan berpikir kritis adalah satu satu tuntutan di abad 21. Kerakter ini terkait kemampuan secara objektif memproses informasi baik kualitatif maupun kuantitatif, membangun keterkaitan antara berbagai informasi, menganalisis informasi, mengevaluasi dan menyimpulkan.
Di era kemajuan teknologi informasi dan komunikasi saat ini, kita tentu menyayangkan melimpahnya informasi hoax yang bahkan bersifat destruktif beredar liar di media sosial. Sayangnya, pelajar kita tidak memiliki kemampuan yang cukup untuk memproses informasi tersebut dengan baik.