Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Seni Merawat Keluarga: Dari Cekcok Makin Cocok

6 September 2020   14:17 Diperbarui: 7 September 2020   22:33 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu harus segera memulai kembali komunikasi dengan meminta maaf. Jika ini terjadi, maka suasana hati yang tadinya keras akan berangsur mencair setelah mendengar kata maaf. Keduanya pun akan kembali bisa berdiskusi dengan baik untuk meluruskan cekcok yang terjadi.

Jika sumber cekcok, misalnya apa yang diharapkan telah diutarakan secara jujur, maka pasangan yang mendengar harus terbuka dengan evaluasi atau tuntutan yang disampaikan. Jangan saat pacaran saja kita siap memberikan yang terbaik, justru setelah menikah, komitmen itu harus makin besar dilakukan.

Dalam hal inilah, cekcok yang masih dalam batas wajar diperlukan agar membuat makin cocok di antara keduanya. Karena tanpa cekcok, sesungguhnya relasi yang suam-suam kuku sedang terjadi. Dan ini akan membuat pengenalan tidak terjadi makin dalam.

Lalu seberapa sering cekcok menjadi hal yang wajar terjadi? Menurut saya, jika cekcok ringan terjadi paling banyak 2 kali dalam seminggu, ini masih hal yang wajar. Terlebih lagi di awal-awal pernikahan. Namun suasana yang beku harus segera dicairkan kembali dengan memulai dialog yang produktif.

Jika sekali cekcok akhirnya bermanfaat makin memahami karakter dan keinginan pasangan, bukankah keduanya akan makin cocok dan bertumbuh dalam pemahaman satu dengan yang lainnya?

Karena itu, jangan buru-buru menyimpulkan tidak cocok lagi. Ingatlah, suatu ujian jika bisa dilewati dengan baik, akan meluluskan kita ke level yang lebih tinggi. Demikian pula cekcok dalam pernikahan akan membawa kita pada kecocokan yang makin besar.

Lalu bagaimana jika konflik yang terjadi sepertinya tak kunjung terselesaikan? Salah satu sudah mencoba untuk mencairkan suasana, namun kesepahaman tak juga terjadi.

Dalam hal ini, dibutuhkan bantuan konselor pernikahan. Ingat ya, konselor profesional, bukan teman dekat atau keluarga.

Karena baik teman dekat maupun keluarga bukanlah pihak yang netral di antara keduanya. Bukannya akan menyelesaikan masalah, bisa-bisa justru akan membuat konflik makin runyam.

Seorang konselor pernikahan yang profesional akan membantu pasutri menemukan akar masalah yang terjadi. Namun keduanya perlu jujur untuk bicara tanpa ada yang ditutupi. Seorang konselor yang baik akan bisa memandang persoalan secara obejektif sehingga dapat mengarahkan solusi terbaik terhadap konflik yang ada.

Jika solusi permasalahan telah disepakai bersama, maka keduanya harus komitmen menjalankan dengan disiplin. Sekali lagi, tujuan pernikahan harus menjadi yang utama, agar keduanya mengalami kebahagiaan dan usia pernikahan berlangsung kekal, hingga akhir hayat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun