Pandemi Covid-19 yang terus berlangsung membuat perekonomian sejumlah besar negara ambruk. Virus Corona yang bermula dari Wuhan, China ini sukses memporak-porandakan perekonomian dunia, tak terkecuali negara-negara maju.
Amerika Serikat, negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia pun tak dapat menghindar dari ganasnya virus corona menyerang ekonomi negara itu. Amerika Serikat pun kembali mengumumkan bahwa ekonomi negaranya mengalami penurunan di kuartal II 2020.
Sebelumnya di kuartal I, ekonomi Amerika Serikat dilaporkan minus 5%. Dan di kuartal II ini kembali mencatat penurunan sebesar minus 32,9% dan merupakan yang terbesar sepanjang sejarah berdirinya negara ini.
Di awal mewabahnya Covid-19, presiden Donald Trump sempat bersuara cukup lantang soal hoax virus corona. Namun per hari selasa (25/8/2020), Worldometers melaporkan penduduk negeri paman sam itu telah mencatat angka tertinggi infeksi virus corona dengan 5,915,911 kasus dan 181,117 angka kematian. Amerika Serikat pun resmi masuk jurang resesi untuk pertama kali dalam 11 tahun terakhir.
Uni Eropa, yang beranggotakan negara-negara Eropa dengan ekonomi kuat pun tak luput dari imbas corona. Pada kuartal pertama, ekonomi Uni Eropa dilaporkan minus 3,2%, dan di kuartal kedua ini kembali mengalami penurunan dan bahkan sangat dalam hingga sebesar minus 11,9%.
Di antara negara-negara Uni Eropa, Spanyol merupakan negara dengan kondisi perekomian paling terpuruk. Di kuartal II tahun 2020 ini, pertumbuhan ekonomi Spanyol anjlok hingga minus 18,5%.
Spanyol merupakan negara Uni Eropa dengan kasus infeksi terbesar. Hari selasa (25/8/2020), Worldometers melaporkan jumlah kasus di Spanyol telah mencapai 420,809 dengan 28,872 kasus kematian. Sementara di Italia, yang sempat menjadi epicentrum penularan virus corona di Eropa, telah mencatat sejumlah 260,298 kasus dengan 35,441 kasus kematian.
Besarnya angka penularan virus corona di negara-negara eropa ini diduga telah menjadi penyebab penurunan ekonomi Uni Eropa sebesar 11,9% di kuartal II. Penurunan ini disebut-sebut merupakan penurunan terbesar selama 25 tahun terakhir. Uni Eropa pun resmi tercatat mengalami resesi.
Bagaimana dengan negara-negara tetangga Indonesia di kawasan asia tenggara? Singapura, Malaysia dan Thailand secara teknikal merupakan negara-negara yang juga secara resmi tercatat telah mengalami resesi.
Setelah mengalami penurunan di kuartal I tahun 2020, ketiga negara ini kembali mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi pada kuartal II ini.
Singapura mengalami penurunan ekonomi yang sangat dalam di kuartal II. Tak tanggung-tanggung, Singapura telah melaporkan penurunan hingga minus 42,9%. Singapura pun menjadi negara pertama yang masuk jurang resesi di kawasan asia tenggara.
Malaysia dan Thailand juga mencatat penurunan perekonomian yang cukup besar, masing-masing -16,5% dan -12,5%, setelah di kuartal pertama kompak mengalami penurunan sebesar -2%. Kebijakan Lock Down akibat penyebaran virus corona beberapa waktu lalu dikabarkan menjadi penyebab anjloknya perekonomian di negara-negara tetangga kita ini.
Yang menarik, justru China sebagai negara tempat bermulanya virus corona, sepertinya cukup kebal dengan resesi ekonomi. Meski di kuartal pertama dilaporkan mengalami penurunan ekonomi sebesar -6,8%, namun China bangkit di kuartal II dan mencacat pertumbuhan ekonomi sebesar 3,2%.
Hingga hari selasa (25/8/2020), Worldometers mencatat total kasus Covid-19 yang terjadi di China hanya sejumlah 84,981 dengan total kasus kematian 4,634 jiwa. Angka ini cukup mencengangkan jika mengingat China merupakan negara sumber pandemi global ini.
Dan kasus baru yang dilaporkan terjadi di China tidak lebih dari 14 orang saja. Sepertinya China sangat baik dalam mengendalikan virus corona yang mewabah di negaranya, dan ini cukup rasional menjadi alasan China terselamatkan dari ancaman resesi.
Bagaimana dengan Indonesia?
Pada kuartal pertama 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia sebenarnya bertumbuh sebesar 2,97%. Hal ini kontradiktif dengan ketiga negara tetangga yang disebutkan di atas. Namun di kuartal II ini, pertumbuhan ekonomi kita mengalami penurunan sebesar -5,32%.
Penurunan ekonomi sebesar -5,32% ini diduga akibat penyebaran virus corona yang terus terjadi di Indonesia. Hari selasa (25/8/2020), Worldometers melaporkan penambahan kasus baru penularan virus corona di Indonesia sejumlah 2.447 sehingga menjadi total 157,859 kasus, jauh di atas China.
Hari ini dilaporkan pula penambahan jumlah kasus kematian sebesar 99 orang. Angka ini menambah total kematian orang Indonesia akibat virus corona hingga mencapai 6.858 kasus kematian.
Angka ini merupakan yang tertinggi di negara-negara kawasan asia tenggara. Apalagi jika dibandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang hingga kini hanya mencatat masing-masing 125 dan 58 total kasus kematian.
Pandemi Covid-19 sepertinya memang belum kunjung terkendali di negara kita. Hal ini kemudian menyebabkan konsumsi rumah tangga yang merupakan penggerak ekonomi terbesar di Indonesia dilaporkan turun sebesar -5,51%. Ekspor Indonesia di kuartal II ini juga turut mengalami penurunan hingga -11,6%.
Secara teknikal, penurunan ekonomi Indonesia memang baru terjadi pada kuartal kedua. Namun, mengingat wabah corona yang terus berlanjut, bukan tidak mungkin di kuartal ketiga nanti perekonomian kita akan kembali ambruk.
Jika hal ini benar terjadi, maka Indonesia secara resmi akan menyusul sejumlah negara lain, masuk ke jurang resesi.
Lalu, sebagai warga negara, apa yang bisa kita lakukan agar Indonesia tidak turut masuk ke jurang resesi?
Pertama, sebagai bagian dari masyarakat, kita memiliki peran penting untuk menghentikan laju penularan virus corona dengan menerapkan pola hidup baru secara disiplin.
Sebagaimana anjuran pemerintah dalam beraktivitas di era new normal, hal sederhana namun dapat berkontribusi cukup signifikan adalah tetap menggunakan masker dan menjaga jarak saat berinteraksi dengan orang lain di luar rumah.
Semua kita pasti berharap pandemi ini akan segera berakhir. Namun ini akan sangat sulit terjadi jika sebagai masyarakat kita bersikap acuh tak acuh dengan lalai mengenakan masker dan mengabaikan anjuran untuk tetap menjaga jarak.
Jika angka penyebaran Covid-19 terus berlanjut bahkan makin tidak terkendali akibat ketidaktaatan masyarakat untuk menerapkan protokol kesehatan, maka ini akan terus berdampak pada perekonomian negara kita.
Kedua, karena kita tidak tahu persis kapan pandemi ini akan berakhir, maka sebagai masyarakat, kita harus bijak mengelola keuangan dengan sebaik-baiknya.
Salah satu gaya hidup yang perlu terus kita kembangkan di saat pandemi ini adalah hidup sederhana dan tidak memboros-boroskan uang. Kita harus makin selektif melakukan pengeluaran dengan fokus pada kebutuhan bukan pada keinginan-keinginan.
Jika mengikuti keinginan, maka secara manusiawi pada dasarnya keinginan kita tidak ada habisnya. Jika kita sulit untuk mengendalikan keinginan dalam membelajakan uang, maka stabilitas keuangan kita akan menjadi terganggu.
Pola hidup sederhana juga akan menolong kita untuk terhidar dari membuat utang atau meminjam uang. Dalam kondisi ketidakpastian yang sedang terjadi saat ini, ditambah keterbatasan jumlah penghasilan, maka membuat utang harus benar-benar dihindari.
Ketiga, dari pada memboroskan uang pada hal yang bukan merupakan kebutuhan penting saat ini, alangkah baiknya untuk memanfaatkan produk keuangan, salah satunya dengan cara menabung uang di bank.
Menabung uang di bank adalah langkah aman yang dapat kita lakukan untuk menghindari pola hidup boros. Selain itu, dana masyarakat yang terhimpun di bank, dapat dimanfaatkan oleh orang lain sebagai modal usaha melalui pengajuan kredit pinjaman.
Di masa pandemi saat ini, bukanlah cerita baru jika banyak orang yang harus mengalami PHK dari tempat kerja. Mereka-mereka ini tentu saja harus terus menyambung hidup, dan salah satunya dengan memulai usaha.
Dengan turut menabung di bank, secara tidak langsung kita telah turut membantu tumbuh dan berkembangnya usaha-usaha baru di tengah masyarakat.
Keempat, karena PHK tidak dapat terhindarkan, maka sekaranglah waktunya bagi masyarakat untuk menumbuhkan semangat berwirausaha.
Apalagi saat ini pemerintah sedang memberikan stimulus berupa bantuan dana untuk modal usaha, seharusnya ini dijadikan kesempatan untuk memulai usaha baru demi menjaga ketahanan ekonomi keluarga.
Salah satu sektor usaha yang sangat layak dipertimbangkan saat ini adalah pertanian. Kebutuhan konsumsi dari sektor pertanian tidak akan pernah berkurang, malah akan terus meningkat.
Apalagi di masa pandemi saat ini, kebutuhan akan produk sayur-sayuran dan buah-buahan terus mengalami peningkatan seiring dengan kesadaran masyarakat untuk meningkatkan pola hidup sehat. Karenanya, peluang ini harus dapat dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Kelima, seiring dengan pertumbuhan sektor usaha kecil dan menengah di tengah masyarakat, kita dapat mendukung usaha mereka dengan turut membeli produk-produk mereka.
Sudah waktunya kita lebih mengutamakan konsumsi produk-produk lokal, dan menghentikan konsumsi produk-produk luar negeri. Sehingga dengan demikian geliat ekonomi akar rumput dapat terus bertumbuh dan akhirnya berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi negara.
Mari bersama berkontribusi dalam menjaga stabilitas sistem keuangan agar Indonesia terhindar dari ancaman resesi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H