Mohon tunggu...
Jose Hasibuan
Jose Hasibuan Mohon Tunggu... Guru - Seorang abdi bangsa

Tertarik pada dunia pendidikan, matematika finansial, life style, kehidupan sosial dan budaya. Sesekali menyoroti soal pemerintahan. Penikmat kuliner dan jalan-jalan. Senang nonton badminton dan bola voli.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Menjadi Keluarga New Normal di Tengah Kondisi "Abnormal"

27 Mei 2020   10:47 Diperbarui: 31 Mei 2020   02:31 1312
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kebanyakan perubahan bukan terletak pada 'apa' yang kita lakukan, melainkan pada 'bagaimana' kita melakukannya, dan semakin kita mampu membedakan mana yang konstan dan mana yang berubah, kita akan semakin mampu bereaksi secara efektif terhadapnya." [John Naisbitt]

Tidak ada yang kekal di muka bumi ini, kecuali perubahan itu sendiri. Banyak dari kita mungkin saja pernah mendengar pepatah ini. Pepatah ini menegaskan bahwa perubahan adalah sesuatu yang pasti terjadi di bumi.

Lihat saja bagaimana proses perubahan terjadi dalam siklus kehidupan manusia. Tak ada manusia yang menjadi bayi seumur hidupnya. Seorang bayi akan bertumbuh menjadi anak-anak, remaja dan selanjutnya menjadi dewasa dan tua seiring dengan berjalannya waktu. Justru, tanpa perubahan dalam kehidupan, pada hakekatnya manusia adalah mati.

Demikian juga pola kehidupan manusia di bumi. Zaman terus berubah seiring dengan perkembangan teknologi. Saat ini kita sampai pada era dimana dunia digital telah mengambil peran besar dalam kehidupan. Jika kita terus bertahan menutup diri pada digitalisasi, maka bisa dipastikan kita akan ketinggalan zaman.

Namun saat ini, kita juga dituntut berubah bukan karena teknologi yang terus berkembang, tetapi karena virus corona yang mengancam kehidupan manusia.

Di awal terjadinya pandemi covid-19, berbagai perubahan pola hidup telah diupayakan demi menjaga keberlangsungan kehidupan. Kita dianjurkan untuk mengubah pola hidup dengan lebih peduli pada kesehatan. Sering mencuci tangan dan selalu menggunakan masker saat keluar rumah adalah hal baru yang tidak biasa kita lakukan sebelumnya.

Pandemi ini juga memaksa kita secara sadar untuk menerapkan perubahan dalam tatanan kehidupan sosial dengan physical distancing. Kita disarankan untuk menjaga jarak terhadap orang luar rumah, menghindari berkumpul dalam kelompok dan menjauhi tempat-tempat keramaian.

Dalam tantanan kehidupan sosial yang lebih luas, pemerintah telah memberlakukan penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Masyarakat diminta untuk tidak keluar rumah jika tidak penting selama PSBB diberlakukan.

Akses kendaraan keluar masuk kota dibatasi. Seluruh sekolah menerapkan pembelajaran moda daring dari rumah. Sebagian besar kantor memberlakukan work from home kepada pegawainya.

Namun harus juga disadari, bahwa setiap perubahan akan memberi dampak. Penerapan PSBB membuat keadaan ekonomi menjadi menurun. Para pedagang kecil yang biasanya mengais rezeki dari kesibukan kota, mengalami pendapatan yang turun drastis.

Para pekerja harian tak lagi punya penghasilan akibat kegiatan pabrik yang dihentikan. Para pengemudi taksi tak lagi dapat tumpangan karena orang-orang hanya di rumah saja.

Untuk sementara, pemerintah telah mengantisipasi kesulitan ekonomi masyarakat dengan memberikan beberapa bantuan. Sejumlah masyarakat yang terdampak diberikan bantuan sosial berupa uang dan paket sembako.

Namun tentu saja bantuan ini sifatnya sementara. Kehidupan tidak mungkin terus berlangsung karena berharap dari bantuan pemerintah. Masyarakat harus segera melakukan aktifitas ekonomi seperti sedia kala demi keberlangsungan kehidupan.

WHO memperkirakan pandemi tidak akan selesai dalam waktu singkat. Aktifitas ekonomi yang sempat mandek harus kembali berjalan, namun harus ada perubahan dalam penerapannya.

Terkait hal ini, pemerintah melalui Kementerian Kesehatan telah menerbitkan Protokoler New Normal dalam rangka pemulihan ekonomi. Penerapan tatanan kehidupan baru ini dilaksanakan dalam 5 fase. Fase pertama akan dimulai 1 juni dengan sasaran Industri dan jasa bisnis beroperasi menerapkan social distancing dan persyaratan kesehatan.

Toko pasar dan mall diperbolehkan buka pada fase kedua yang berlaku tanggal 8 juni 2020. Kegiatan pendidikan di sekolah dilakukan dengan sistem shift dimulai pada 15 juni di fase ketiga. Sedangkan kegiatan ibadah dilakukan dengan jemaah terbatas mulai 6 juli di fase keempat.

Fase akhir, yaitu fase kelima akan diberlakukan 20 dan 27 juli 2020, dengan sasaran seluruh kegiatan ekonomi sudah dibuka namun tetap mempertahankan protokol serta standar kebersihan dan kesehatan yang ketat. Pemerintah akan terus melakukan evaluasi secara berkala sampai vaksin bisa ditemukan dan disebarluaskan.

New Normal adalah dunia baru kita saat ini. Suatu era kehidupan yang harus tetap dijalani di tengah kondisi yang abnormal. Sebagai orang yang hidup di masa pandemi ini, kita harus segera beradaptasi dan terbuka dengan tatanan New Normal sebagai mana kita beradaptasi dan terbuka pada perkembangan era teknologi.

Dalam hal ini, saya melihat peran penting keluarga di era New Normal saat ini. Setiap keluarga harus bisa survive dan menjadi Keluarga New Normal di dalam tatanan kehidupan yang baru sehingga mampu mengeliminasi aspek negatif dari kehidupan yang abnormal ini.

Mengapa keluarga? Karena segala sesuatu bermula dari keluarga. Keluarga adalah unit terkecil dari sebuah masyarakat dan pada dasarnya adalah penggerak utama roda perekonomian negara. Jika keluarga gagal menerapkan praktik tatanan kehidupan baru, maka kemudian akan menyumbangkan berbagai masalah dalam tatanan masyarakat yang lebih luas.

Keluarga adalah sebuah sistem dengan pola kehidupan yang terbentuk di dalamnya. Setiap keluarga yang hidup di era New Normal ini, harus menjadi keluarga yang survive dengan kemampuan beradaptasi dan terbuka pada perubahan yang ada.

Setiap anggota keluarga harus memilki kelenturan dan kesediaan untuk mengalami perubahan bersama. Kebiasaan-kebiasaan yang selama ini terbangun di tengah keluarga, harus ada yang diubah jika kontra produktif terhadap kondisi saat ini.

Salah satu contoh kebiasaan yang akrab dilakukan dalam keluarga besar adalah arisan keluarga. Saat ini, arisan keluarga harus ditunda untuk dilakukan. Sesuai anjuran pemerintah, protokoler New Normal tidak berarti pelonggaran terhadap protokoler kesehatan. Karena bagaimanapun, arisan keluarga biasanya dilakukan dengan berkumpul-kumpul, dan ini dapat meningkatkan resiko penularan covid-19.

Termasuk juga soal mengadakan hajatan besar keluarga. Era New Normal tentu bukan berarti menghapus semua rencana yang telah disusun di tengah keluarga.

Poin saya adalah, bagaimana menyederhanakan hajatan. Pernikahan tetap dapat dilakukan namun menunda pesta besar-besaran yang mengundang banyak orang. Syukuran kelahiran anak juga dapat tetap dilakukan, namun bisa diarahkan pada berbagi makanan pada anak-anak di satu panti asuhan.

Dalam lingkup keluarga inti yang lebih kecil, budaya merayakan ulang tahun juga harus dibuat lebih sederhana, terutama yang melibatkan orang dari luar keluarga. Perayaan ulang tahun di tengah keluarga harus dibuat sesederhana mungkin hingga situasi ekonomi benar-benar pulih.

Saat salah satu anggota keluarga kembali ke rumah setelah melakukan aktivitas di luar, protokoler kesehatan harus tetap dilakukan sebaik-baiknya. Ayah atau ibu yang baru pulang dari bekerja, harus segera mandi dan membersihkan diri dulu sebelum bercengkrama dengan anak-anak.

Faktor risiko membawa virus dari luar masuk ke dalam rumah harus diupayakan seminimal mungkin, agar anggota keluarga yang tetap di rumah saja tidak terlular virus.

Meskipun nanti peribadahan mulai boleh dilaksanakan di rumah ibadah, keluarga juga harus tetap mempertimbangkan ibadah di rumah yang selama ini telah menjadi kebiasaan. Sesekali mungkin boleh saja membawa seluruh anggota keluarga beribadah di rumah ibadah, tetapi saya berpikir kita tetap juga melanjutkan ritual ibadah yang selama ini telah terbangun di dalam rumah.

Saat sekolah telah dibuka kembali dengan sistem shift, orang tua harus mengedukasi anak dengan hal-hal praktis terkait menjaga diri saat berasa di lingkungan sekolah. Jika sebelumnya orang tua mengingatkan anak soal buku dan alat tulis yang harus dibawa, nanti orangtua juga harus membekali anak dengan masker dan hand sanitizer.

Setiap anggota keluarga harus terbuka pada masukan dari anggota keluarga lainnya. Segala informasi yang diperoleh salah satu anggota keluarga terkait tatanan kehidupan normal baru, harus dapat dikomunikasikan sebaik-baiknya di tengah keluarga.

Keterbukaan terhadap informasi dan masukan yang ada, harus dapat menjadi pertimbangan baik demi menjaga seluruh anggota tetap sehat dan survive di tengah pandemi yang masih berlangsung. Saya yakin jika setiap keluarga survive dan menjadi Keluarga New Normal, maka bangsa ini juga akan tetap survive di tengah pandemi covid-19.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun