Di puncak batang arau
Duduk bertengger si burung pungguk
Memandang takjub ke atas langit
Sang idola bersinar terang
Â
Oh..sungguh indah engkau rembulan
Sinar lembutmu belai sayapku
Kamu seakan dekat namun kepakku tak berdaya menggapaimu
Aku tak mau terkecoh lagi
Mengulang hal bodoh ; terbang menggapaimu sampai letih sayap ini
Hai bulan, kamu betul-betul sombong
Tak pernah tampak upayamu hampiri diriku
Ya.. kamu sangat sombong
Â
Tapi..rinduku padamu tak pernah pupus
Pernah beberapa malam awan hitam menutup langit
Aku panik, berteriak-teriak memanggilmu
Awan hitam berarak menyelimutimu
Sekali lagi engkau tak hirau, engkau tak kunjung muncul
Dasar sombong
Â
Hai bulan, engkau permainkan hatiku yang rapuh ini
Hari ini engkau bersinar memberi harapan
Esok kau sembunyi di balik awan
Hari ini engkau menatapku berbinar-binar
Esok hanya kelam tak ada sinar
Tapi bulan, aku tetaplah pungguk yang selalu merindukanmu.
Aku tahu itu...
Â
Di puncak batang arau
Si pungguk menunduk lemah
Tiba-tiba mata tajamnya menangkap sekelebat bayangan nun di bawah sana
Ia melesat, menukik, menyambar
Seekor tikus hutan mati dicengkeramnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H