Aku diam. Dadaku terasa sesak. Memori demi memori muncul begitu saja, saat aku mencoba mendekati Asteria. Di saat mendapatkannya, mataku melirik sahabatnya. Akhirnya bubar semua.
"Kami saling mengenal. Suaminya kebetulan teman Anin."
***
Di depan sebuah lembaga bimbingan belajar, aku menunggu Lintang, putriku yang sekarang duduk di kelas IX. Sebentar lagi dia mau ujian. Makanya dia minta les di lembaga bimbingan belajar. Okelah, aku mengizinkan dan mengantar jemput. Demi masa depan Lintang, aku lakukan apapun.
Sambil menunggu Lintang keluar dari kelasnya, aku membuka handphone. Aku berselancar di dunia maya. Tepatnya membuka google dan mencoba mencari tahu tentang penulis bernama Asteria. Mungkin saja ada petunjuk tentang judul buku yang mengisahkan Fariz. Atau mungkin juga mengisahkan aku.
Sebelumnya, aku sudah mencari nama Asteria di akun sosmed baik Facebook maupun Instagram. Bahkan di platform X. Tak ketemu! Akun sosial media milik Asteria yang dulu kuikuti, kini tampak tak pernah dijamah.
Kuketikkan nama Asteria pada kolom pencarian pada peramban. Tak ada yang bersangkutan dengan nama penulis. Hanya muncul nama tokoh mitologi dari Yunani pada link artikel.
Kusulut rokok yang menemaniku saat menunggu Lintang. Mengusir rasa berat dan penasaran pada isi tulisan Asteria.
"Apaan aku ini? Sudah nyakiti Aster. Sekarang nyari-nyari tulisannya." Kutepuk dahiku. Bukankah jika aku ditulis dengan karakter jelek pun, itu kenyataan kan? Tak ada yang perlu kukhawatirkan.
***
"Kita pulang sekarang, Yah!"