"Ya memang. Kami dekat. Tapi hatinya untuk lelaki yang tak punya perasaan."
Kukerutkan dahi. Memastikan maksud dari perkataan Fariz.
"Kamu dulu..."
"Iya. Aku mencintainya, dulu..."
"Lalu...istrimu?"
"Dia tahu. Tapi mereka saling kenal. Tak ada masalah. Toh kondisiku begini. Aku bersyukur memiliki istri seperti Anin."
"Kamu sering komunikasi?"
Fariz terdiam. Seorang perawat masuk ruangan dan memeriksa perkembangan kesehatannya.
"Nggak. Dia sudah berkeluarga."
"Oh..."
"Kenapa?"
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!