Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Nomine Best in Fiction Kompasiana Awards 2024 Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Musang dan Daun Kering

11 Januari 2025   20:49 Diperbarui: 11 Januari 2025   20:49 63
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tuk...tuk...sret...sret...

"Hahaha...Kalian pasti akan mudah kutangkap, kelinci-kelinci lucu." Musang tertawa licik sambil menggesekkan dua batu warna hitam beberapa kali. Dari gesekan dua batu itu, keluarlah api. Dengan cepat, dia mengarahkan percikan api ke arah daun kering yang sudah disiapkannya tadi.

Tak lama kemudian, api mulai membesar. Daun kering yang mengelilingi tempat bermain kelinci-kelinci, mulai dilalap api. Asap membuat mata pedih. Namun, Musang tak peduli. Dia hanya ingin menikmati kelinci lezat. Sudah lama dia menginginkan daging kelinci untuk mengisi perutnya.

Kelinci-kelinci itu panik saat melihat api yang berada di sekitarnya.

"Api...api! Ayo kita lari!" seru mereka sambil berlari, menghindari api yang mulai mengitari mereka.

Melihat kepanikan kelinci-kelinci, Musang tertawa lebar. Kelinci-kelinci memang banyak yang bisa menyelamatkan diri. Namun ada seekor kelinci yang lemas karena asap semakin tebal karena api membesar.

Dengan gesit, Musang mendekati kelinci itu. Kelinci itu tak sempat melarikan diri.

***

Saat Musang menikmati kelinci itu, dia tak menyadari kalau api merembet ke tempat yang berada di sekitar tempat bermain kelinci. Banyak daun kering di sekitar tempat itu dan angin lumayan kencang, jadi daun-daun itu ikut terbakar.

Dia menyadari kalau api semakin besar saat tubuhnya merasa kegerahan dan hidungnya mencium asap. Diperhatikannya sekitar tempatnya berada.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun