Gamut meraih Pipit dengan belalainya, lalu berjalan ke rumahnya.Â
***
Gamut menyiapkan rerumputan kering yang ada di sekitar rumahnya. Kebetulan dia sering membawa rerumputan kering, untuk dibakar agar rumahnya hangat saat hujan tiba.
Rerumputan kering itu disusun sedemikian rupa, hingga menjadi tempat tidur atau sarang untuk Pipit. Pipit yang tadinya hanya menangis dan tak mau melakukan apapun, akhirnya bisa tersenyum. Dia memang tidak bisa tidur kalau tidak dengan sarang seperti yang dibuat temannya itu.
"Terima kasih, Gamut!"
"Iya. Kita tidur di sini dulu. Sebentar lagi pasti orang tua kita sampai sini."
Benar kata Gamut, orang tua Gamut dan Pipit sampai rumah dengan tubuh basah kuyup. Namun, mereka tampak bahagia karena Gamut dan Pipit sudah berada di rumah.
***
Keesokan paginya, matahari bersinar cerah. Kilau keemasan yang menyilaukan, terlihat di dedaunan yang terkena sinar matahari. Suara teman-teman Pipit, terdengar riang. Sementara itu, Pipit sedang duduk di atas punggung Gamut.Â
Mereka melihat orang tua mereka sedang menyingkirkan pohon yang tumbang.
"Gamut, Pipit, sini!" panggil Bapak Gamut.