"Oh, iya. Ayo!"
Gamut berjalan cepat agar segera sampai rumah. Sementara Pipit agak kesusahan untuk terbang. Dia merasakan tubuhnya terombang-ambing oleh angin yang kencang. Sesekali dia berteriak karena tak dapat melawan angin.Â
Melihat temannya kesulitan terbang, Gamut menyuruhnya untuk naik ke punggungnya.
"Pegangan yang kuat, Pit!"
Mereka melanjutkan perjalanan menuju rumah. Namun sesampai di dekat rumah, mereka terkejut, rumah Pipit yang berada di dahan pohon ternyata rusak karena pohonnya tumbang.
"Aduh, gimana ini?" Pipit panik. Apalagi air hujan mulai turun. Dia pun sedih dan meneteskan air mata.
Dengan lembut, Gamut mengajak Pipit untuk ke rumahnya dulu.Â
"Ke rumahku dulu, Pit," ajak Gamut.
"Nggak mauuuuu!"
"Tapi ini sudah hujan. Ayolah, kita berteduh dulu. Besok kita perbaiki rumah kamu."
"Tapi..."