"Nilaiku jelek ya, Bunda?" tanyaku, setelah menyalami Bunda yang baru saja turun dari motor.
Bunda tersenyum dan mengajakku masuk rumah. Kami duduk bersebelahan di ruang tamu.
"Lihat sini, Tia!"
Ibu mulai membuka raporku. Di sana terpampang nilai hasil belajarku selama semester satu ini.
"Ini hasil belajar kamu, Tia. Kalau kamu ingin yang lebih baik dari nilai semester ini, jangan banyak bermain atau main HP."
Aku mengangguk dan berjanji akan lebih giat belajar. Memang nilai dan predikatnya baik dan sangat baik, tapi aku takkan berpuas diri.
Aku ingat pesan Bu Mentari, guru yang mengajar di kelasku, ada peribahasa 'berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'. Kalau aku ingin mendapatkan keberhasilan maka aku harus mau bersusah payah dulu. Aku harus mau belajar lebih giat lagi.
Bunda mengeluarkan sesuatu dari tas yang dibawanya. Tampaklah sebuah bungkusan kecil dan lucu.
"Ini titipan dari Bu Mentari, Tia," ucap Bunda dengan lembut.
Kubaca kertas yang ditempel pada permukaan bungkusan itu. "Selamat atas prestasinya. Selamat berlibur dan kita jumpa bulan Januari, ya!"
___