Ibu Pipit tersenyum. Anaknya memang keras kepala, sering membantah nasihat, tak mau membantu sang Ibu yang meminta tolong. Setelah kejadian masuk pusaran angin, Pipit sudah berubah.
***
Beberapa minggu kemudian, Pipit tampak sibuk di teras rumah. Ibu hanya melihat anaknya itu dari pekarangan rumah.Â
Tak lama, Pipit tersenyum dan mendekati ibunya.
"Besok pagi hari guru, Bu."
Ibu mendengar cerita Pipit sambil menyirami bunga-bunga yang bermekaran.
"Tadi aku bikin kado buat Pak Burung Hantu."
Ibu menghentikan kegiatannya. Dia memandangi putranya yang semakin hari semakin baik budi pekertinya.
Ibu merasa, seperti belum lama melihat Pipit sering kesal kalau disuruh berangkat ke sekolah, mengatakan gurunya galak, tak membantu di rumah. Kini Pipit lebih memerhatikan orang-orang di sekitarnya.
"Ibu bangga sama kamu, Pipit. Tetaplah menjadi anak baik."
***