Kiko menikmati buku itu yang menceritakan munculnya planet-planet, termasuk bumi. Bagaimana bumi bisa ada gunung, lembah, ngarai, laut dangkal, laut dalam.
"Aku bagus 'kan, Kiko?" tanya Buku Sejarah Terbentuknya Bumi.
"Iya. Pengetahuanku jadi bertambah karena kamu!" jawab Kiko.
Kiko meletakkan Buku Sejarah Terbentuknya Bumi kembali ke raknya. Kiko pun beristirahat sebentar. Dia berjalan ke arah jendela. Dari dalam dia melihat ke luar. Hutan semakin gelap. Dia merasa bersalah kepada Ibu karena tidak segera pulang, tapi malah penasaran dengan pintu di balik akar gantung pohon tua, yang membuatnya tak bisa keluar dari ruangan yang cukup menyeramkan.
"Aku akan pulang secepatnya, Bu," ucap Kiko lirih.
Dia lalu kembali ke arah Buku Peta Dunia. Diamatinya buku yang ukurannya lebih besar dari dua buku yang sudah dibacanya tadi.
Karena namanya Buku Peta Dunia, sudah pasti isinya peta dunia. Meski Kiko sudah belajar peta dunia saat belajar di sekolah, mau tak mau dia tetap harus membuka dan memelajari buku di depannya itu.
Kiko membuka Buku Peta Dunia pelan. Dia melihat kalau peta pada buku itu tidak sama dengan yang dipelajari di sekolah. Daratannya benar-benar beda dengan yang sekarang.
"Kok bisa beda ya?"
Buku Peta Dunia tertawa kecil.
"Ya memang petanya beda. Ini yang ada di dalam diriku itu termasuk peta awal. Daratan Asia dan Australia seperti menyatu kan?"