Hanan merebut buku yang kupegang dan menarik tanganku, menjauhi Rayyan yang masih asyik membaca.
"Selama ini kamu mengelabuiku? Kamu baca novel begini?" tanya Hanan kesal. Dia mengira kalau aku mau membaca buku-buku non fiksi.
"Mendingan bukan buku komik, Yah!" ucapku.Â
Terus terang, hatiku sedih dan jengkel juga kalau dimarahi Hanan seperti ini. Dia sudah tahu kalau aku memang sulit membaca, dari dulu. Bukannya menerima aku apa adanya, tapi malah memaksaku untuk mengikuti hobinya membaca.Â
Saat aku senang membaca pun tetap salah di matanya. Baginya buku itu harus yang non fiksi. Kini aku kesal padanya dan berusaha membela diri.Â
"Ada apa, Bunda-Ayah?" tanya Rayyan yang mendengar keributan antara Bunda dan Ayahnya.
Rayyan mendekati kami. Baik aku maupun Hanan tak menjawab pertanyaan Rayyan. Rayyan menatapku dengan wajah penasaran. Tatapannya beralih ke ayahnya.Â
Dia mendekati ayahnya, lalu mengambil buku novel milikku yang masih dipegang suamiku itu.Â
"Ayah, Bunda kan sudah baca buku. Nggak usah marah. Kasihan Bunda!"
___
Branjang, 17-21 September 2024