"Pusing itu jangan dipelihara. Kalau perlu bantuan, ya minta bantuan aku. Nggak usah gengsi!"
Aku tertawa saat dia kesal seperti itu.
"Buku yang sulit didapat, butuh perjuangan ya harus kamu perlakukan baik. Lekas dibaca atau difotokopi di bagian yang datanya kamu butuhin." Hanan kembali mengambil buku dari pangkuanku.
"Iya, iya... aku tahu. Sini bukunya!"
Kurebut buku itu. Hanan jadi marah karenanya.
"Ambil buku itu nggak sembarangan! Sayang sama bukunya, tahu! Mana buku bersejarah, buku yang bersanding dengan karya Bung Hatta."
Aku menghormat ke arah Hanan dan lekas membawa buku itu ke tempat fotokopi. Sementara Hanan menjadi jaminan kalau buku akan kembali ke perpustakaan lagi.
***
"Kamu tahu nggak, Tia?"
"Nggak," jawabku.
Jitakan kecil singgah di kepalaku. Setelah aku memfotokopi buku dan mengembalikannya, aku diajak ke kantin kampus, sebelum aku mengedit proposal sekaligus menyicil bagian skripsi lainnya.