Dengan berjongkok di sudut tempat loker katalog buku, pelan-pelan kubuka dan kubaca tulisan tangan yang tintanya mulai memudar. Kuyakin, meski itu tulisan tangan, bukan berarti tulisan tangan Mohammad Hatta, wakil presiden pertama Indonesia yang sangat menyukai dunia literasi.Â
Dari beliau, ada sebuah ungkapan yang intinya bahwa beliau tak akan khawatir meski dipenjara, asalkan ada buku yang menemani beliau. Sungguh quote luar biasa dan menjadikan aku lebih bersemangat dalam mencari buku sebagai sumber primer penulisan skripsiku dan buku-buku penunjang skripsi lainnya.
Setelah berpusing-pusing membuka katalog usang itu, mataku terbelalak, tak percaya kalau buku yang kubutuhkan ada di perpustakaan ini.Â
"Hei, kenapa kamu, Tia?"Â
Suara Hanan menyadarkan aku yang sedari tadi asyik sendiri. Padahal ada dia yang selalu menemaniku ke perpustakaan satu ke perpustakaan lainnya.Â
Kutunjukkan katalog berisi judul buku yang disusun oleh seorang penulis yang mengabadikan keadaan Thailand pada akhir abad kesembilan belas sampai awal abad keduapuluh. Buku itu ditulis tahun 1898 dengan judul Five Years in Siam from 1891-1896.
"Mantap," ucapnya, tangan kanannya menepuk pundakku.
Tak berapa lama, dia membantuku menyalin katalog itu pada sebuah kertas, lalu menyerahkan kepada petugas perpustakaan.Â
"Tunggu sebentar, baru dicarikan bukunya," ucap Hanan.
"Oke!" jawabku singkat sambil menyelonjorkan kedua kaki yang pegal-pegal karena terlalu lama berjongkok saat mencari daftar buku di katalog.
"Yang semangatlah, biar cepet lulus. Kalau bisa kita barengan lulusnya."