"Gimanapun, perempuan itu seneng digombali," ujarnya, sambil mengambil lagi nasi dan lauk yang kumasak.
Aku menatapnya sambil tersenyum. Kedua tanganku merapikan piring dan gelasku yang sudah kosong. Dalam hati aku sangat bersyukur memilikinya, lelaki yang dulu tak kucintai sama sekali.
***
"Afzal! Keluar kamu!"
Dari dapur kudengar suara lelaki berteriak di luar rumah.
"Salsa, keluar! Jangan coba sembunyikan Afzal dan menikah!"
Kukerutkan dahi. Penasaran dengan pemilik suara yang sangat kasar dan tidak sopan. Bicara seperti di hutan saja.
Aku mematikan kompor dan melepas celemek. Segera kulangkahkan kaki menuju luar rumah.Â
Lelaki bersuara berat itu semakin tak terkendali ucapannya. Sumpah serapah keluar tanpa terfilter.
Kubuka pintu perlahan. Begitu pintu terbuka, aku terperanjat saat melihat sosok lelaki yang tadi bersuara tanpa ampun.
"Intan? Kamu?"