Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pelajaran untuk Kety

11 Agustus 2024   18:13 Diperbarui: 11 Agustus 2024   18:24 174
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kety itu nggak seperti kamu, Pus," ucap Mini, si tikus yang terkenal sangat baik kepada siapa pun. Karena itu, kalau dia sudah menilai temannya jelek, pasti ada alasan kuat.

"Kenapa sih, Mini? Kok kamu kelihatan kesal begitu?" tanya Pusy kepada Mini.

"Itu, Kety sombong dan kasar kalau bicara. Bikin sebel 'kan?"

Pusy, kucing yang ramah dan lucu itu, hanya tersenyum. Dia memang pernah bertemu dengan Kety, kucing liar yang berasal dari hutan sebelah. Saat disapa, Kety tak menghiraukan sapaan Pusy. Namun Pusy tak memikirkan perilaku Kety.

Yang didengarnya, Kety itu hidup di hutan yang terkenal dengan kehidupan yang keras. Jadi itulah yang mungkin membentuk sifat Kety yang kasar dan sulit bersahabat dan cenderung ingin menang sendiri.

Sikap Kety itu membuat hutan tempat tinggal Mini, Pusy dan teman-temannya kurang nyaman. Mereka terbiasa dengan kehidupan yang nyaman, ramah satu sama lain, malah berhadapan dengan Kety yang sangat berbeda. 

Setelah kedatangan Kety, ada saja yang membuat kondisi tidak nyaman. Kety sering mengejek Mini dan yang lain karena bermain bersama. Bahkan ke Pusy yang masih satu jenis hewan saja tetap diejek.

"Aku pingin sekali ngasih pelajaran ke Kety itu," ucap Rebit, kelinci putih, dengan mimik geregetan.

"Nggak usah. Jangan seperti itu. Nggak baik ah," komentar Pusy.

Mereka akhirnya bermain kejar-kejaran dengan riang dan itu dilihat oleh Kety dengan rasa tak suka.

"Kejar-kejaran kayak anak kecil saja, huuuuu," cemooh Kety.

Pusy, Mini, Rebit dan teman-teman saling pandang dan tak menghiraukan cemoohan Kety itu.

***

Seminggu kemudian, Pusy dan teman-temannya bermain seperti biasa. Namun mereka memerhatikan sekelilingnya, tak ada Kety.

"Kety ke mana ya? Lama nggak kelihatan," kata Rebit penasaran.

"Iya. Sepertinya hampir seminggu kita nggak lihat dia."

"Yuk, kita ke rumah Kety!" ajak Pusy.

"Untuk apa ke sana? Pasti kalau ketemu juga dia mencemooh kita," ucap Cici, kelinci coklat.

"Ya kalau dicemooh, diemin aja," jawab Pusy.

Tanpa menunggu aba-aba, Pusy melangkah ke rumah Kety. Rebit, Mini dan teman lainnya mengikuti langkah Pusy. Cici pun akhirnya mengikuti Pusy dan teman-temannya.

Sesampai di depan rumah Kety, suasana sepi. Namun pintu rumahnya terbuka. 

Perlahan mereka mendekat ke arah pintu rumah Kety.

"Assalamu'alaikum!" Rebit mengucapkan salam ke Kety.

"Kety, kamu di mana?" seru Pusy.

Mereka saling pandang. Tak ada sahutan Kety saat mereka ucapkan salam dan menanyakan keberadaannya.

"Kita masuk ke dalam saja, yuk!" ajak Mini.

Dengan cepat Mini yang lincah masuk ke dalam dan mencari keberadaan Kety, disusul Rebit, Pusy, Cici dan teman-temannya.

Mereka terkejut saat melihat Kety berada di kamar dan berselimut tebal. Mereka mendengar suara gigilan Kety.

"Kety, kamu sakit?" Pusy mendekati Kety.

Kety tak menjawab pertanyaan Pusy. Namun Pusy memegang kepala Kety. Ternyata Kety memang sakit, suhu tubuhnya tinggi.

"Kita bawa ke dokter saja, Pusy!" usul Mini.

Pusy mengangguk. 

"Kita telepon ambulan buat bantu bawa Kety ke dokter," ucap Rebit.

Setelah menunggu beberapa menit, ambulan datang dan membawa Kety ke Dokter di rumah sakit. Oleh Dokter, Kety disuntik dan diberi obat. 

"Sebaiknya Kety opname beberapa hari. Biar cepat pulih," nasehat Dokter.

Pusy dan teman-temannya mengangguk. Mereka berjaga dan menemani Kety di rumah sakit dalam waktu beberapa hari.

***

Tiga hari kemudian, Kety sembuh dan diperbolehkan pulang. Kety yang biasa mencemooh Pusy dan teman-temannya di hutan, sangat malu karena ternyata mereka sangat peduli dengannya saat sakit kemarin.

"Teman-teman, maafin aku ya. Aku sering mencemooh kalian."

"Iya. Nggak apa-apa," ucap Mini.

"Yang penting kamu sudah sembuh sekarang," sambung Rebit.

Dengan ragu-ragu Kety mau bilang kalau ingin berteman dengan Pusy, Rebit dan semua teman di hutan.

"Teman-teman, aku boleh bermain dengan kalian kan?" Kety bertanya dengan menundukkan kepalanya.

Rebit, Pusy dan teman-temannya mengangguk. Kety sangat bahagia karena sekarang punya teman yang baik. Dia berjanji tidak akan mencemooh atau menyakiti teman-temannya lagi.

Kety ingat nasehat Eyangnya, kalau semua itu punya sifat sendiri-sendiri, tapi harus saling menghormati dan bersatu biar hidup rukun. 

"Kety, kamu tahu nggak keadaan Indonesia yang mau merayakan kemerdekaan sebentar lagi?" tanya Eyang yang sering mengingatkan agar Kety menghormati teman lainnya.

"Rakyatnya selalu memelihara kerukunan meski berbeda suku bangsa, agama, rasnya lho. Kamu harus bisa belajar dari kerukunan di Indonesia," begitu nasehat Eyang Kety.

___

Branjang, 11 Agustus 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun