Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petualangan Tiko dan Lando Mencari Harta Karun

27 Juli 2024   08:03 Diperbarui: 27 Juli 2024   08:09 260
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: image creator from Microsoft Designer

"Kamu mau ke mana, Ko?" 

Lando melihat Tiko, si tupai yang lucu, sedang bersiap-siap. Dia memasukkan beberapa pakaian dan makan-minum dengan jumlah yang cukup banyak.

Tiko tidak segera menjawab pertanyaan Lando, landak yang sangat bijak itu. Tiko hanya berjalan ke arah meja kecil, pada pojok kamarnya. 

Tak berapa lama, Tiko mendekati Lando dengan membawa sebuah gulungan kertas dengan warna kekuningan dan terlihat lusuh.

"Aku kemarin nemu ini, Do!"

Tiko menunjukkan dan membuka gulungan kertas itu. Dibukanya lebar-lebar gulungan pada lantai kamarnya.

"Waaah, peta!" seru Lando

Tiko mengangguk sambil tersenyum. Lalu tangannya menunjuk beberapa titik pada peta itu. Terlihat ada gambar sungai, pohon yang lebat, gua, serta kotak harta karun.

"Tepatnya peta harta karun, Do!"

Lando mengangguk, namun dia terlihat berpikir. Tangannya memegang dagu dan matanya seperti mengingat sesuatu.

"Tapi apa benar kalau itu peta harta karun? Zaman modern seperti ini, masa masih ada harta karun. 'Kan aneh," gumam Lando.

"Pasti ada, Do! Kita buktikan saja."

"Tapi Ko, gimana kalau itu hanya peta biasa dan tak ada harta karunnya?"

"Nggak ada ya nggak apa-apa, Do. Yang penting kita buktikan dulu saja."

Lando menggelengkan kepala. Tiko memang sangat menyukai petualangan meski itu kadang membahayakannya sendiri.

"Tapi aku nggak bisa ikut, Ko," ucap Lando.

"Ya, kok gitu?"

Tiko kecewa karena Lando tak bisa menemaninya dalam berpetualang.

"Maafkan aku ya, Ko. Aku mau ke rumah nenek. Sudah lama kau nggak ke sana. Aku kangen nenek," ujar Lando.

Kalau sudah urusan nenek, Lando jelas tidak bisa dibujuk dengan cara apapun. Tiko hanya bisa pasrah.

"Ya sudah, aku berangkat sendiri besok habis sarapan," kata Tiko dengan suara lemah.

***

Malam harinya, Tiko beristirahat untuk menjaga tubuhnya biar kuat saat berpetualang mencari harta karun. Dia tidur lebih awal. Tas dengan segala bekal sudah rapi dan diletakkan di atas meja.

Sementara itu, Lando sedang tiduran di rumahnya. Hatinya tidak tenang. Itu membuatnya sulit tidur. Dia memikirkan nasib Tiko kalau berpetualang tapi hanya sendirian.

"Gimana kalau Tiko ketemu Maumau, harimau yang terkenal jahat. Atau Kobra yang tak menyukai Tiko?" tanya Lando dalam hati.

Lando tahu, kalau temannya itu akan nekat berangkat sendiri. Padahal ketika berpetualang kadang menemui kesulitan dan hewan-hewan jahat.

"Ah, kurasa aku harus tunda dulu ke rumah nenek. Tiko harus kutemani. Siapa tahu aku bisa bantuin dia kalau ada kesulitan," gumam Lando.

Lando tersenyum. Dia akan temani Tiko, setelah itu barulah ke rumah nenek dengan oleh-oleh yang akan dicarinya saat berpetualang bareng Tiko.

"Masa iya, kalau ke rumah nenek kok nggak ngasih oleh-oleh." 

Lando tertawa kecil karena nyaris tak memberi sesuatu kepada nenek. Padahal nenek selalu memberi mainan, makanan, minuman dan bingkisan lainnya.

"Siapa tahu nanti bisa dapet cincin atau kalung di kotak harta karunnya."

Lando tersenyum dan segera memejamkan matanya. 

***

Subuh tiba. Tiko bangun tidur. Dia menuju kamar mandi. Meski hawa dingin, dia mandi lebih awal. Setelah itu dia melaksanakan shalat Subuh.

"Habis ini aku sarapan dan bersiap untuk berpetualang," batin Tiko, gembira.

Tiko berjalan ke dapur untuk membuat nasi goreng kesukaannya. Ketika selesai memasak, dia mendengar suara pintu rumah diketuk.

"Siapa yang pagi-pagi ke sini?" gumam Tiko.

Tiko berjalan cepat ke pintu rumah. 

"Hei, kamu kok ke sini?" 

Tiko heran karena melihat Lando di depan pintu. Lando tersenyum lebar.

"Aku temani kamu berpetualang, Ko!"

Tiko terkejut dengan pengakuan Lando. 

"Lho, bukannya kamu mau ke rumah nenekmu?"

"Iya sih. Tapi kupikir-pikir, aku ikut berpetualang sama kamu sambil mencari oleh-oleh spesial untuk nenek."

"Owh. Oke. Tapi kita sarapan dulu ya!"

***

Matahari sudah bersinar cerah di ufuk timur. Suasana di sekitar tempat tinggal Tiko sudah hangat. Mereka berdua melakukan pemanasan dulu, biar kaki tidak kram ketika berjalan jauh. Setelah itu, mereka berangkat.

Mereka berjalan menuju hutan yang agak gelap dan menyeberangi sungai yang deras, dengan bantuan Katak Tua yang bijaksana. Katak Tua itu menyuruh Tiko dan Lando mencari ranting kuat yang bisa digunakan untuk tongkat.

"Hati-hati jalannya. Batu-batu licin. Tongkatnya jangan sampai lepas!"

Tiko dan Lando berhasil menyeberangi sungai itu. Mereka bernapas lega dan beristirahat sebentar.

"Setelah ini, kalian akan melewati gua yang gelap. Ada teka-teki yang harus kalian pecahkan biar bisa lanjutkan perjalanan."

Tiko dan Lando mengangguk. Mereka mengucapkan terima kasih karena sudah dibantu menyeberang sungai.

Mereka melanjutkan perjalanan ke arah yang sesuai peta harta karun yang dipegang Tiko.

"Kita lewat sana!" seru Tiko, melihat jalan kecil menuju gua yang sudah mereka lihat. Sesampai di mulut gua, mereka benar-benar tahu kalau gua itu sangat gelap. Senter segera dikeluarkan dari tas masing-masing.

Dengan bantuan senter, mereka melewati gua yang berkelok-kelok dan gelap. Sampai akhirnya mereka tiba di ujung gua yang tertutup batu besar.

"Owh, ternyata di sinilah kita harus bisa pecahkan teka-tekinya, Ko," ucap Lando.

Mereka berdua memerhatikan batu itu. Ternyata ada angka-angka di situ.

"Dua ditambah titik-titik sama dengan tujuh," baca Lando.

Tiko segera menghitung untuk mengisikan teka-teki pada batu yang menutupi pintu gua.

"Lima."

Dengan ucapan itu, tiba-tiba batu besar itu bergeser. Mereka berdua berpegangan pada sisi gua karena getarannya sangat kuat. Tak berapa lama, pintu gua terbuka. 

Mereka berdua tersenyum riang dan melakukan toss dan melanjutkan perjalanan.

Di tengah perjalanan, mereka bertemu dengan seekor Burung Hantu. Burung Hantu itu memberitahu kalau ada pohon beringin tua yang memiliki rahasia penting.

"Rahasia penting?"

"Iya! Nanti kamu tahu sendiri," ucap Burung Hantu itu.

Tiko dan Lando mengangguk.

***

Benar kata Burung Hantu tadi. Mereka sampai di bawah Pohon Beringin Tua. Saat itu suasana sudah sangat panas. Jadi, mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar, sambil makan siang. Sementara Pohon Beringin Tua masih tidur nyenyak.

"Menyenangkan juga ya berpetualang seperti ini," ucap Lando yang mengunyah makannya.

"Iya dong! Makanya aku ajak kamu."

Mereka tertawa keras dan membuat Pohon Beringin Tua terbangun.

"Siapa kalian, berani membangunkan aku?"

Tiko dan Lando terkejut dan meminta maaf kepada Pohon Beringin Tua itu. Mereka juga menceritakan tujuan mereka saat ini.

"Owh, jadi kalian mau ke tempat harta karun itu?"

"Iya, Pak Pohon Beringin."

"Kalau begitu, aku kasih tahu kalian. Jangan sampai kalian menyesal kalau menemukan harta karun yang nggak sesuai dengan bayangan kalian," ujar Pohon Beringin Tua.

"Maksudnya bagaimana ya, Pak Pohon Beringin?"

"Kalian nggak akan temukan harta karun seperti intan permata atau emas."

Tiko dan Lando terkejut. Terus terang, mereka memang membayangkan akan mendapatkan intan permata seperti dalam film-film kartun yang sering mereka lihat.

"Sepertinya kalian kecewa. Kalau begitu, lebih baik kalian pulang saja. Itu saranku."

Tiko dan Lando lama terdiam. Mereka bingung mau bagaimana.

"Ko, kita sudah jalan jauh. Lebih baik kita tetap lanjutkan perjalanan kita."

"Tapi..."

Pohon Beringin Tua tertawa terbahak-bahak.

"Harta karun yang akan kalian dapat itu bisa membuat kalian mendapatkan harta yang lebih berharga. Bukan hanya untuk kalian berdua, tapi juga untuk orang tua dan teman-teman kalian."

"Hah, benarkah?" tanya Tiko.

"Wah, luar biasa dong, Pak Pohon Beringin," ucap Lando.

"Makanya, kalian pikirkan dulu. Mau nggak dengan harta karun yang ini."

Tiko dan Lando saling berpandangan. 

***

Mereka berdua sudah berada di depan kotak besar yang menyimpan harta karun. Mereka takjub melihatnya.

"Yuk, kita buka!" ajak Lando.

"Tunggu dulu!" ucap Tiko.

Tiko masih ragu dengan isi kotak besar itu. Lama sekali dia berpikir. Dia berjalan mondar-mandir, sedangkan Lando beristirahat di bawah pohon trembesi di dekat kotak harta karun.

"Baiklah. Kita buka sekarang saja, Do!"

Lando mendekati Tiko. Mereka berdua membuka kotak besar itu. Mata mereka terbelalak ketika melihatnya.

"Wah, buku-buku!" ucap mereka hampir bersamaan.

"Benar kata Pak Pohon Beringin tadi ya, Ko. Ternyata hartanya sangat bermanfaat untuk banyak orang," kata Lando.

___

Branjang, 27 Juli 2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun