Ternyata setelah sampai kantor dan jam istirahat tiba, hidungku seolah mencium aroma enthung goreng. Perutku kembali mual-mual. Padahal aku sudah memesan nasi rames kesukaanku.
"Kenapa kamu, Leta? Kamu ngidam ya?" tanya Andin.
Aku menggeleng. Andin terlihat khawatir melihatku.
"Tapi kau tak seperti biasa, Leta. Kamu terlihat pucat," ujarnya.
"Aku nggak ngidam, Ndin."
Lalu meluncurlah cerita tentang kejadian tadi pagi saat aku mau sarapan.
"Ya Allah. Kamu yang sabar ya, Leta."
"Aku nggak tahu kalau Mas Abian sering mengonsumsi enthung."
"Iya. Aku paham. Lha kamu sama walang goreng saja juga nggak mau. Apalagi enthung."
"Aku harus gimana sekarang. Perutku kosong. Tapi bau dan wujud enthung goreng terlihat terus."
Aku menahan rasa lapar yang luar biasa untuk pertama kalinya. Perutku berbunyi keras.