"Kenapa warnamu seperti ini? Kamu jelek!" ucapnya padaku.
Tanpa menunggu jawabanku, dia langsung meninggalkan aku.Â
Kekecewaan Ria membuatku sedih. Aku yang semula merasa cantik dan indah, menjadi menyesal juga.Â
Ternyata dia ingin bunga tabebuya yang berwarna pink, persis milik Pak Beni. Sedangkan aku, bungaku berwarna kuning.
"Sudahlah, Taby. Tak usah sedih gitu. Kamu tetap indah dan cantik kok," ucap Bunga Anggrek yang berada di pohon mangga, tak jauh dariku.
"Nggak, Anggrek. Kamu tahu sendiri 'kan? Ria tak menyukaiku. Aku jelek."
"Kita 'kan nggak bisa milih mau berwarna apa. Jadi kita harus menerima itu. Lagi pula, semua ciptaan Allah itu semua indah lho," Bunga Anggrek menasehatiku.
"Teruslah indah, Taby! Pasti banyak yang menyukaimu. 'Kan semua orang itu suka bunga," lagi-lagi Anggrek menghiburku.
Aku menyetujui ucapan Anggrek itu.Â
***
Setelah Ria kecewa, Pak Ari yang ganti menyiramiku setiap hari. Ria hanya melihat dari jauh.Â