Menanggapi cerita ini, bapak Akhir mengungkapkan bahwa kompetisi maca cerkak tidaklah sama dengan dramatisasi cerkak. Jadi, dalam membaca, peserta lomba harus natural.Â
Trik Melatih Maca Cerkak
Dalam melatih siswa, paling tidak harus memperhatikan unsur-unsur cerkak, baik intrinsik maupun ekstrinsik. Selain itu psikologis anak, rasukan atau pakaian bisa disiapkan sebaik mungkin. Jadi, fisik dan non fisik harus disiapkan agar bisa maksimal dalam berkompetisi nantinya.
Di lapangan, untuk melatih siswa agar percaya diri dalam lomba maca cerkak tidaklah mudah. Banyak siswa yang kesulitan membaca naskah berbahasa Jawa. Mereka sulit membedakan cara membaca jika ada kata/ukara yang mengandung huruf 'd' dan 'dh', 't' dan 'th' dan pengucapan lainnya.
Pak Akhir memberikan trik untuk menanamkan rasa percaya diri dalam tampil di muka umum/lomba. Diantaranya, anak diajak latihan di keramaian/tempat umum. Tujuannya agar anak tidak canggung/malu saat tampil dalam lomba. Beliau menceritakan bahwa langkah itu pernah dipraktekkan saat melatih putri-putrinya dalam persiapan lomba serupa.Â
Selain itu ditekankan agar siswa diyakinkan bisa menguasai materi/naskah untuk lomba. Orang tua dan guru harus memberikan aura positif agar anak juga merasakan aura itu sehingga anak akan percaya diri.
Trik berikutnya, dalam hal olah vokal, anak bisa dilatih dengan membaca puisi atau menyanyi. Selain itu, spelling/mengeja huruf vokal. Dalam spelling ini anak mengeja huruf vokal, dilanjut menarik napas dan keluarkan.Â
Pelatih atau pendamping juga bisa mengajak anak membaca naskah dengan tempo lambat, sedang dan cepat. Tujuannya agar anak bisa lebih luwes dalam membaca cerkak yang trep atau pas.
Perlu adanya sikap dan cara pendamping yang baik dalam melatih anak untuk lomba membaca cerkak. Paling tidak ada sikap gupuh/antusias, suguh/menarik minat dengan banyak cara dengan suguhan bermacam-macam dan aruh/semanak atau ramah kepada anak.
Pada penghujung kegiatan pendampingan, pak Akhir mengingatkan bahwa di samping melatih kepercayaan diri anak, kompetisi maca cerkak ini merupakan upaya melestarikan budaya di tengah perkembangan zaman. Kalau bukan guru sebagai pendamping dan orang tua, dan siswa/anak, siapa lagi yang bisa melestarikan budaya adiluhung ini?