Dalam perjalanannya, barulah saya dan mbak Dina tahu kalau acara sebenarnya adalah Pendampingan Persiapan Kompetisi Maca Cerkak yang diselenggarakan oleh Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Gunungkidul. Memang saat awal, setiap Korwil diminta mengirimkan 5 guru untuk kategori cerkak, macapat, alih aksara, dongeng.Â
Dalam edaran yang diterima sekolah beberapa hari berikutnya, pelaksanaan antara kategori satu dan yang lainnya tidak berbarengan. Agak kecewa juga, karena inginnya saya dan mbak Dina bisa berbarengan dalam kegiatan tersebut. Mbak Dina masuk ke kategori macapat-an.
Ya sudahlah, mau tak mau kami memenuhi undangan sesuai jadwal yang ditentukan Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Gunungkidul.
Pelaksanaan Pendampingan Persiapan Kompetisi Maca CerkakÂ
Saya sendiri berangkat lebih dulu dalam kegiatan pendampingan itu, tepatnya hari Senin, 22 Mei 2023. Acaranya cukup seru. Kami diajak belajar untuk berlatih membaca cerkak. Harapan dari Dinas Kebudayaan, kami, para guru bisa melatih siswa untuk persiapan kompetisi maca cerkak yang diperkirakan akan dilaksanakan pertengahan bulan Juni.Â
Sebelum acara dimulai, materi cerkak dibagikan oleh panitia. Agak terkejut juga saat menerima naskah cerkak itu. Pasalnya, naskah cukup panjang. Sekitar tiga lembar dengan spasi satu dan ukuran huruf kecil. Wah, saya sudah pesimis duluan untuk belajar maca cerkak dengan baik.
Untungnya dalam kegiatan tersebut, narasumber memberikan banyak ilmu sekaligus contoh dalam membaca cerkak yang baik. Beliau adalah bapak Akhir Lusono, seorang sastrawan Jawa dari Gunungkidul.Â
Kami lebih banyak berdiskusi tentang beberapa hal. Pertama, beliau memaparkan bahwa cerkak termasuk karya sastra yang bisa dibawakan secara lisan/dibaca. Dalam hal ini, berkaitan dengan seni. Karena berkaitan dengan seni, maka tidak ada salah atau benar dalam maca atau membacanya. Yang ada hanya pas (trep) atau tidak.
Kami diingatkan bahwa dalam penilaian, Dewan Juri/ Dewan Pambiji itu subjektif. Yang jelas, kriteria wicara, wirama, wiraga dan wirasa sangat diperhatikan. Wicara berkaitan dengan pengucapan atau artikulasi; wirama berkaitan dengan ketukan/irama; wiraga berkaitan dengan sikap dan gerak tubuh; wirasa berkaitan dengan ekspresi/mimik wajah.
Dalam kesempatan pendampingan, ada sebuah cerita dari guru pendamping lomba cerkak di mana siswanya tidak juara. Padahal dilatih dengan baik, termasuk ekspresi. Ternyata yang juara malah yang penampilannya kurang dalam penghayatan.Â