Muti yang lebih suka buah pisang segera mendekati pisang. Muti menyukainya karena manis dan lunak. Tak seperti buah jambu air. Sedangkan Mutmut suka jambu air karena banyak kandungan airnya. Segar sekali kalau dinikmati saat suasana panas dan gerah seperti kali ini. Tak dipedulikannya buah yang agak keras itu. Baginya, jambu air itu menyegarkan dan akan semakin nikmat kalau dimakan dan berbunyi kres-kres saat digigit dan dikunyah.
Ibu melihat kedua anaknya itu sambil tersenyum. Ulah kedua anaknya sangat lucu saat menggigit dan menikmati buah kesukaannya. Dalam hatinya, ibu sangat bersyukur karena Muti dan Mutmut tidak rewel dalam hal makan.Â
Ibu Muti dan Mutmut sering mendengar keluhan ibu-ibu lainnya yang bercerita kalau anak-anak mereka setiap hari menginginkan makanan yang berbeda. Kalau sering tersedia makanan yang sama, pasti anak-anak tak mau makan.
***
"Ayo kita pulang, anak-anak," ajak ayah. Rupanya ayah sudah bangun saat Muti dan Mutmut makan tadi.
Ibu sudah menyiapkan beberapa beban makan yang akan dibawa pulang untuk dimakan di rumah. Ayah juga mulai memanggul makanan dalam jumlah yang lebih banyak.
"Kalian bawa semampunya ya, Muti-Mutmut!" Kata ibu.
"Iya, Bu."
Matahari mulai condong ke arah barat. Udara mulai sejuk. Sangat cocok untuk melakukan perjalanan pulang. Tak lupa ibu berpesan kepada teman-temannya yang belum mendapatkan makanan untuk mengambil jambu air dan pisang yang masih tersisa.Â
Dengan hati-hati mereka menyusuri batang kecil yang menghubungkan tempat mereka saat ini dengan rumah mereka di seberang sungai. Sungguh beruntung cuaca tidak mendung atau hujan.Â
Kalau mendung dan hujan, mereka harus hati-hati melintasi jembatan itu. Apalagi kalau air sungai meluap. Terkadang mereka menunda kepulangan sampai air sungai mulai normal kembali.