Hukuman sudah pasti kudapatkan. Tak boleh menonton televisi, mendengarkan radio atau menyetel kaset seperti biasa. Padahal, kalau dibandingkan dengan teman-teman seangkatan, aku termasuk anak yang cupu. Tak tahu tayangan televisi yang begitu viral waktu itu.
Radio atau tape recorder dikunci di lemari kaca yang ada di ruang tamu. Aku hanya melihat dengan sedih. Aku hanya punya hiburan seperti itu, tak seperti teman-teman lain. Pada akhirnya aku cuek.
Sudahlah, aku tak ambil pusing. Tak diizinkan menonton televisi, mendengarkan radio atau menyetel tape recorder, aku bermain di depan sekolah. Bersama teman-teman, aku bermain rumah-rumahan.Â
Dengan bermain itu, aku merancang rumah impian di masa kecil. Modalnya hanya patahan penggaris atau gedhek. Lalu asyik menata lapangan sekolah yang masih berlapis pasir kali.
Pasir kali itu kami ambil dari kali yang tak jauh dari sekolah setiap hari Jumat. Berbekal ember, semua siswa ke kali. Menjinjing ember yang terisi pasir yang masih bercampur air.
Tentunya sangat berat bebannya. Tak jarang telapak tangan melepuh atau lecet karena membawa beban pasir basah sampai sekolah.Â
Kembali ke cerita membuat rumah-rumahan. Meski panas terik, aku dan teman-teman bersemangat. Tak aku ingat lagi teriakan bapak atau wajah kakunya karena raporku jelek.
Aku sering merasa iri dengan teman karena ayah mereka tidak galak seperti bapakku. Bapak mereka begitu sayang. Bisa memerhatikan anak-anaknya dengan baik, meski kalau dilihat statusnya bukanlah pegawai seperti bapakku.
Ingin rasanya memiliki bapak yang penuh kasih sayang. Dan seiring berjalannya waktu, keinginan itu tak aku dapatkan. Aku hanya mendapatkan kasih sayang dari ibu. Ya meski kadang ibu juga sering marah, tetapi aku lebih menyayangi ibu.
Galaknya bapak tak hanya anak-anak yang merasakan. Aku sering mendengar bapak berkata dengan suara keras kepada ibu. Ibu tak banyak bicara.
Tetapi aku ingat, saat aku kelas tiga SD, ibu tak pernah keluar kamar tidur yang biasa digunakan untuk saudara kalau bertamu ke rumah. Selama beberapa hari ibu hanya mengurung diri dalam kamar itu dalam keadaan gelap.