Gadis remaja yang kutemui lagi saat buka puasa kemarin bercerita selama dirinya berada di pondok pesantren.
"Bu, kemarin temenku ada yang dapat iqab lagi," dia mulai ceritanya. Iqab itu hukuman bagi santri yang melakukan pelanggaran.
Aku yang berada di sampingnya bersama buliknya menanyakan penyebabnya.
"Soalnya pacaran, Bu" jawabnya singkat.
Saat penjengukan sebelumnya, dia juga pernah bercerita kalau temannya dihukum. Hukumannya itu si teman harus berkalung kardus bekas yang bertuliskan kalau si santri melakukan pelanggaran.
"Masih pacaran?" Tanyaku penasaran.
Gadis remajaku itu mengangguk. Lalu dia bercerita kalau hukuman yang diterima temannya beda. Tidak berkalung kardus bekas lagi. Temannya harus berjilbab dengan kain perca.
"Kalau mbak Nis dibegitukan sama ustadzah kira-kira malu apa nggak?"
"Ya malulah, Bu," ucapnya sambil tersenyum.
"Kalau misalnya malu, mbak Nis nggak usah macem-macem di pondok. Nanti malu sendiri kalau dihukum seperti temenmu," nasehatku.
Buliknya juga menasehati keponakannya yang menginjak remaja itu. Hampir sama nasehatnya.
"Aku pernah dapat surat juga," ucap gadisku pelan. Aku terkejut.Â
"Surat? Dari ikhwan?"
Gadisku itu hanya mengangguk.
"Terus isinya apa, mbak Nis?" Selidikku.
"Iya. Bulik penasaran, isinya apa?" Tanya buliknya.
"Aku nggak tahu. Aku nggak buka kok. Nggak baca juga. Yang baca malah temenku," begitu ceritanya.
"Terus ikhwan yang nyurati aku malah dihukum. Aku nggak dihukum".
"Ya kalau ada yang nyurati lagi, nggak usah ditanggapi, mbak Nis. Kalau kamu tanggapi, pasti kamu dapat hukuman," Nasehat buliknya.
"Iya, bulik".
"Ibu seusiamu sampai kuliah saja nggak pacaran lho, mbak Nis. Bulik juga. Coba kamu tanya Bulik," ucapku untuk memberikan contoh bagi putri sulungku itu.
"Lha terus kalau sama bapak dulu gimana, Bu?"
"Ibu sama bapak sudah kerja. Terus menikah."
Ah, rasanya belum lama aku melahirkan putriku itu. Kini sudah memasuki masa remaja. Sudah mendapat surat dari lawan jenisnya.Â
Kumerasa sedikit lega, menyekolahkannya di boarding school. Setidaknya, dia tahu ilmu agama, tahu mana yang dilarang dan yang diperbolehkan dalam bersosial. Meski pada awalnya aku menangis saat berpisah dengannya.
Semoga Allah menjaganya di sana.
Branjang, 26 Maret 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H