Buliknya juga menasehati keponakannya yang menginjak remaja itu. Hampir sama nasehatnya.
"Aku pernah dapat surat juga," ucap gadisku pelan. Aku terkejut.Â
"Surat? Dari ikhwan?"
Gadisku itu hanya mengangguk.
"Terus isinya apa, mbak Nis?" Selidikku.
"Iya. Bulik penasaran, isinya apa?" Tanya buliknya.
"Aku nggak tahu. Aku nggak buka kok. Nggak baca juga. Yang baca malah temenku," begitu ceritanya.
"Terus ikhwan yang nyurati aku malah dihukum. Aku nggak dihukum".
"Ya kalau ada yang nyurati lagi, nggak usah ditanggapi, mbak Nis. Kalau kamu tanggapi, pasti kamu dapat hukuman," Nasehat buliknya.
"Iya, bulik".
"Ibu seusiamu sampai kuliah saja nggak pacaran lho, mbak Nis. Bulik juga. Coba kamu tanya Bulik," ucapku untuk memberikan contoh bagi putri sulungku itu.