"Itu namanya jodoh, Bintang".
"Jodoh apaan, Bu! Itu perjodohan namanya. Pemaksaan!" Teriakku kepada perempuan yang telah melahirkan dan membesarkanku.
"Demi kebaikanmu, nak..."
"Kebaikanku ibu bilang? Bukan, Bu! Itu demi ego ibu sama ayah! Kalian egois!"
Ibu terdiam. Matanya berkaca-kaca.Â
"Nak, saat kamu masih kecil, ibu pernah mendongeng tentang putri cantik yang dijodohkan dan akhirnya bahagia bersama anaknya kan?"
Aku kembali mengingat kisah dongeng itu. Ibu menceritakan dengan menarik. Hingga sampai saat ini, dongeng itu masih kuingat. Ya, meski aku belum pernah menemukan kisah dongeng itu di buku-buku dongeng yang sering dibelikan ibu atau kubaca di perpustakaan sekolah.
***
Di sebuah kampung yang sejuk, gemericik air sungai terdengar, kicauan burung merdu, desau angin yang menerpa dedaunan bambu di pojok sawah sangat membuat seorang anak perempuan bahagia.
Anak perempuan itu sering bermain di sungai, sawah. Membantu ibu dan bapaknya yang bertani.Â
Kebahagiaan anak itu terus dirasakan hingga dia menginjak remaja. Perempuan remaja itu semakin hari, kecantikannya semakin terlihat. Meski tak ada perawatan wajah seperti zaman sekarang.