Lelaki yang pernah dekat denganku itu tak lagi rapi. Rambutnya dipanjangkan lagi. Ada rasa gugup menyergap hatiku saat bersua lagi. Namun aku berusaha tenang.Â
Ya, setelah satu tahun lebih aku dan dia tak bersua, dipertemukan lagi dalam acara walimah saudaraku. Entah siapa yang mengundangnya. Aku tak menemukan namanya saat mengetik nama-nama tamu undangan pada kertas label.
Ada rasa canggung. Namun hatiku berdebar. Apalagi saat kami berfoto dengan sang pengantin. Dia berdiri di sampingku. Tubuh tegapnya masih seperti dulu. Tak ada perubahan.Â
**
Perkenalanku dengannya berawal dari tempat kerjaku. Lima tahun yang lalu. Aku yang belum lama menjadi guru di tempat kerjaku, terlambat sampai sekolah.Â
Sungguh sial. Pintu gerbang sudah dikunci satpam. Memang sekolah tempat kerjaku sangat disiplin. Kudengar dari teman kerjaku kalau kepala sekolah sangat tegas dan tidak mau tahu alasan guru kalau melakukan pelanggaran.
Meski terlambat, aku menggoyang-goyang pintu gerbang. Berharap pak Eka, satpam sekolah, mendekat dan membukakan pintu gerbang. Namun pak Eka tak beranjak dari pos satpam yang berada tak jauh dari pintu gerbang.
Aku panik. Memikirkan bagaimana cara untuk bisa masuk sekolah. Aku harus segera ke kelas. Kepala Sekolah yang selama seminggu menghadiri undangan dari Dinas pasti sudah tiba di sekolah.
Aku tak mau kalau Kepala Sekolah mengetahui keterlambatanku. Tapi ini merupakan keterlambatan yang pertama kulakukan. Kebetulan ban motorku bocor, jadi aku harus ke bengkel untuk menambalkan ban.
Aku menuntun motor dengan hati tak karuan. Beberapa bengkel yang kutemukan, masih tutup. Maklum, aku berangkat kerja sebelum pukul enam. Dalam aturan sekolah, semua guru-karyawan harus tiba di sekolah sebelum pukul setengah tujuh.