Saya sendiri, selama enam belas tahun menjadi Guru Tetap Yayasan (GTY) di sebuah sekolah swasta juga merasakan. Berat melepaskan diri dari sekolah saya. Ini juga dialami tiga teman saya yang juga mengajar di sekolah saya.
Ragu Mendaftar Akun PPPK
Untuk mengikuti seleksi PPPK saja saya harus berkonsultasi pada suami, sahabat, saudara. Sekadar meyakinkan diri kalau jalan itu terbaik untuk saya.Â
Keraguan memang menyelimuti hati saya. Pada akhirnya, saya mendaftar juga. Itupun masih ragu untuk memilih formasi jika pada tahap pertama banyak guru yang belum lolos seleksi PPPK.Â
Lagi-lagi saya bertanya pada keluarga dan para sahabat. Lalu bagaimana jawabannya?
"Ikut saja, mbak. Nanti bisa DPK, kan?" Begitu salah satu nasehat sahabat saya.Â
Dalam hati saya berkata kalau sudah lolos, pasti tidak bisa DPK atau diperbantukan di sekolah swasta karena sudah memilih formasi di sekolah tertentu.
"Kalau ibu ---kepala sekolah di tempat kerja suami--- bilang, njenengan coba saja. Mumpung ada kesempatan." Suami saya menasehati ketika menemui keraguan saya dari hari ke hari.
Proses Ujian PPPK Terlalui
Singkat cerita, saya akhirnya memutuskan untuk ikut seleksi PPPK. Apapun resikonya, saya harus siap. Lolos atau tidak, tak saya pikirkan.Â
Ujian pun dilaksanakan pada 10 Desember 2021. Di tengah ujian pun saya berpikir, "ngapain aku di sini?" Lalu saya menggelengkan kepala dan melanjutkan membaca pertanyaan di layar monitor dan mengklik jawaban sesuai yang saya yakini benar. Alhamdulillah, nilai teknisnya mencapai passing grade yang ditentukan panitia seleksi PPPK.