Say, ingat nggak? Bulan Mei, tiga belas tahun yang lalu, kamu nembak aku kan?Jangan bilang kalau kamu lupa ya?
Waktu itu hari Jumat. Selesai jam pelajaran, seperti biasa, aku langsung berpamitan dengan guru-guru senior di ruang guru. Lalu aku menuju tempat parkir.
Untuk ke tempat parkir itu, aku melewati kantor TU. Biasanya aku sekadar menyapa dari luar kalau mau pulang.
Tetapi untuk hari Jumat itu, kamu memanggil namaku. Aku berhenti di depan pintu kantor TU. Kamu pun berjalan menuju pintu yang memang terbuka.
"Sibuk nggak, Bu?"
Aku menggelengkan kepala.Â
"Aku mau bicara sebentar..."
"Tapi njenengan kan harus siap-siap Jumatan, mas..."
"Cuma sebentar kok..."
***
Aku dan kamu duduk bersebelahan lagi. Kali ini kita berada di kursi tamu kantor TU.
"Mau bicara apa, mas?"Â
Aku memberanikan diri untuk bertanya. Soalnya kamu kan harus segera ke masjid. Mosok gara-gara bicara sama aku, kamu harus telat ke masjid.
Jumatan itu wajib. Semua lelaki muslim yang rajin shalat dan rajin Jumatan itu keren banget bagiku.
"Sik..."
Kamu mulai mengajukan pertanyaan demi pertanyaan padaku. Namun tanpa suara. Alias, kamu mengetikkan pertanyaanmu di layar HPmu.Â
Aku tertawa dalam hati.Â
"Kenapa tanya pake HP sih? Wong ya ketemu langsung gini kok...", batinku.
Oh iya. Waktu itu pertanyaan yang kamu ajukan hanya kujawab iya atau tidak. Hihii.Â
Intinya, kamu tanya aku sudah punya seseorang yang dekat denganku ataukah belum. Lalu kamu menyatakan perasaanmu.
Aku tak langsung mengiyakan atau menolakmu. Pasti kamu ingat.Â
Aku minta waktu seminggu untuk memikirkan bagaimana perasaanku padamu. Soalnya aku bingung juga, khawatir kalau salah memberi keputusan.
Yang aku ingat, kamu bilang, "Kalau Bu guru menolak ya aku nyari yang lainnya..."
**
Mulai saat itu, aku mencari jawaban untuk menjawab pernyataan cintamu. Shalat tahajud, curhat sama saudara dan Bu Yuni. Aku masih meraba-raba, apakah aku mencintaimu atau tidak.
**
"Eh, mas. HP yang kamu pakai buat nembak aku dulu masih ada apa nggak?" Aku iseng bertanya padamu kali ini. Iya. Kita sekarang sudah menjadi pasangan suami isteri.
"HP apaan?"
Aku tertawa. Aku tahu kalau HP bersejarah itu sudah tak kamu gunakan lagi beberapa bulan ini gara-gara jatuh dari tanganmu saat ketiduran.
***
Catatan:
Cerpen telah tayang di blog pribadi, Sekadar Berbagi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H