Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Petugas Dinas Kesehatan dan Jenazah Bu Sul

27 Agustus 2020   13:52 Diperbarui: 27 Agustus 2020   13:47 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Masa pandemi covid 19 membuat semua berubah. Tatanan hidup yang sudah mapan, tiba-tiba harus berubah. 

Lihat saja di rumah sakit. Semua pasien yang menderita sakit yang berhubungan dengan saluran pernapasan pasti ditangani dengan prosedur pengobatan bagi pasien covid. 

*

Yang kuceritakan kali ini adalah kejadian di kampung sebelah. Sebut saja keluarga pak Rahmat. Ibunya yang sudah sepuh dan tinggal di rumah pak Rahmat, Bu Sul, beberapa hari sudah tidak nyambung dan tidak makan atau minum. 

Keluarga pak Rahmat menunggui sang ibu secara bergantian dengan pak Priyono. Mereka tak ingin di saat sakaratul maut, bu Sul hanya sendirian. 

"Tuntun tahlilnya terus ya! Aku pulang dulu." Weling pak Priyono, kakak pak Rahmat, saat pamit.

Pak Rahmat dan isterinya mengangguk. Ya, hari ini merekalah yang fokus menemani Bu Sul yang terbaring di dipan tuanya.

**

Tubuh renta itu telah berpisah dengan ruhnya. Tepat azan Dhuhur Bu Sul berpulang.

Tetangga berdatangan setelah berjamaah di masjid. Semua perlengkapan memandikan jenazah disiapkan. Pukul 14.00 an jenazah Bu Sul dimandikan, dilanjutkan dengan dibungkus dengan kain mori yang sudah disiapkan.

**

Tak perlu lama jenazah disemayamkan di rumah duka. Jika dalam kondisi normal, bisa saja jenazah Bu Sul dikuburkan esok hari. Tetapi, di masa pandemi sesegera mungkin jenazah dikuburkan. Tak peduli sakit ataukah tidak si jenazah semasa akhir hidupnya.

"Pukul lima saja, tak apa." Pak Priyono berdiskusi dengan pak Rahmat.

"Iya, mas. Lebih cepat lebih baik."

Keluarga pak Rahmat tidak mempermasalahkan penguburan bu Sul yang harus dilakukan secepatnya. Kendati Bu Sul tidak sakit, termasuk tidak terpapar covid 19. Orang desa mengatakan kalau bu Sul gerah sepuh.

**

Di perjalanan ke peristirahatan terakhir bu Sul, tiba-tiba ada seorang lelaki berpakaian putih mendekati rombongan pengantar jenazah.

"Saya dari Dinas Kesehatan. Jenazah ini harus saya periksa dulu."

Pak Priyonolah yang berbicara dengan lelaki itu.

"Maaf, pak. Ibu kami tidak sakit apapun."

"Tapi saya harus memeriksanya."

Pengantar jenazah yang sedari tadi tidak menyukai lelaki asing itu akhirnya ikut bicara.

"Orang dinas kesehatan tidak ada yang tahu di sini ada kematian. Karena tak ada yang sakit atau terpapar covid..."

Lelaki asing itu bertahan pada pendiriannya. Jenazah yang diusung beberapa keluarga didekatinya. Dia memaksa agar keranda diturunkan. Keranda jenazah diperebutkan.

"Jangan cari perkara hai, bung..."

Melihat kericuhan itu, beberapa pengantar jenazah lain mendekati lelaki asing. Terjadilah ketegangan dan lelaki itu dihajar.

"Tunggu, pak. Sepertinya saya tahu orang ini." Pak Dodo mendekati kerumunan pengantar jenazah yang menghajar lelaki tadi.

**

"Kami minta maaf nggih dhumateng pak Rahmat, pak Priyono dan semua. Lelaki ini masih famili kami," jelas pak Ridho. Lelaki asing yang sudah babak belur dijemput pak Ridho.

Pak Rahmat dan pak Priyono yang shock dengan kepergian sang ibu dan perseteruan dengan lelaki asing itu mencoba tersenyum.

Sementara pengantar jenazah ---yang masih penasaran dengan lelaki yang sudah dihajar beramai-ramai--- tadi geleng-geleng kepala. 

"Jebul wong stress. Astaghfirullah..."

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun