Rayyan mendekati dan duduk di sampingku. Dia meraih dan mengangkat gawaiku saat Indra meneleponku. Lalu diletakkan di pangkuanku.
"Bicara saja, Nindi. Aku dengarkan," ucap Rayyan dengan suara lebih keras. Aku risih duduk di sampingnya.
"Apaan sih?"
Aku mau menutup sambungan telepon dari Indra, kembali Rayyan meraih gawaiku.Â
"Bilang saja kalau kamu nggak suka pas lihat aku sama Tiwi kan?" Rayyan mencoba menggodaku.
"GR kamu!"Â
Aku coba merebut gawaiku.Â
"Biar saja. Kalau kamu nggak cemburu, aku yang cemburu," ucap Rayyan.
Rayyan menatapku.
"Aku tak kan melepasmu..."
Hatiku berdebar. Rayyan dulu melepas Tiwi karena dianggap akan menguasai kekayaan keluarga Tiwi. Dia merasa harga dirinya diinjak-injak.