"Ibu, kok ramai sekali. Ada apa, Bu?"
"Oh... ini persiapan acara esok pagi, nak," ucap ibu.
Lalu ibu bercerita kalau besok mbak Yaya yang lama tak kutemui, akan dilepas ke luar rumah. Aku sangat senang mendengarnya. Apalagi ketika ibu bilang kalau mbak Yaya dan laron cantik lainnya yang akan terbang esok hari akan membuat suasana pagi di luar rumah semakin indah.
"Ibu, aku juga kepingin jadi laron cantik."
"Nak, kamu tetap cantik kok meski tak menjadi laron."
Kurasa ibu berbohong kepadaku. Rupa dan tubuh laron sangat berbeda denganku. Aku pernah melihat rupaku dan tubuhku saat bercermin di air sungai beberapa hari yang lalu. Aku kesal sekali. Aku merasa bahwa Tuhan itu tidak adil.
"Kamu nggak boleh berpikiran seperti itu, nak. Tuhan sangat adil. Setiap ciptaanNya pasti ada kelebihan dan kekurangan. Kita harus bersyukur."
"Tapi aku tidak seperti laron itu..huhuuuu..."
Ibu tersenyum dan mengusap kepalaku.
"Nak, kita lebih kuat daripada laron. Kita bisa dengan mudah mempertahankan diri kalau ada hewan atau manusia usil dengan kita."
"Ibu bohong! Kita disemprot racun saja bisa mati!" Teriakku.