Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(IL) Lebih Dekat Denganmu

29 Maret 2020   16:20 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:02 184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: panpacake.tumblr.com

Sejak lima bulan yang lalu namamu selalu mengisi relung hati. Tentu itu tak kau tahu akan hal itu. Menjadi sebuah rahasiaku. Tak bisa kuungkap kepada siapapun.

Aku adalah seorang perempuan timur. Memiliki banyak teman, lelaki maupun perempuan. Dengan teman lelaki, pertemanan hanya biasa antara aku dan mereka.

Tak ada satupun yang mampu mematahkan pertahanan hatiku untuk terbuka pada kaum Adam itu. Meski sebenarnya ada satu lelaki yang rela ke rumah ketika dia akan wisuda. 

"Aku belum punya pendamping," katanya saat itu.

"Lah kamu ke sini mau cari pendamping wisuda?" tanyaku sebal.

Lelaki itu terkaget mendengar ucapan ketusku. Aku tak biasa mengucapkan perkataan dengan ketus pada siapapun.

**

Namun justru dari lelaki itu, aku mengenalmu. Kau yang memulai untuk memperkenalkan diri padaku. Semula aku sangat kesal padamu. Kau begitu iseng padaku.

Seiring berjalannya waktu, kusadar bahwa isengmu padaku itu membuatku berbunga-bunga. Setiap langkahku selalu ada namamu.

Oh iya. Kau sendiri memulai hubungan kita dengan mengirimkan pesan. Kau mengaku bahwa kau dapatkan nomorku dari temanmu. Tak jelas siapa orangnya. Toh semua teman kutanya juga tak ada yang mengaku.

"Aku nggak ngerasa ngasih nomermu, Ti", jawab Dino yang kutanya terakhir. Dino adalah temanmu yang dulu ingin menjadikan aku pendamping saat wisudanya.

"Beneran?"

"Iya. Aku berani sumpah!"

Ya. Ucapan Dino memang benar. Kaulah yang usil membuka-buka handphone Dino saat aku chat dengannya. Aku dan Dino memang unik, meski dulu aku kesal karena ulah Dino yang ingin menjadikan aku pendamping wisudanya, namun komunikasi tetap ada dalam hal yang penting.

***

Saat ini bulan Ramadan. Kau semakin intens menghubungiku. Kau kirimkan pesan-pesan yang semakin membuat hatiku melambung tinggi ke awan.

Kuingat ketika akhirnya kita saling bertemu pertama kali dan ke pantai, dua minggu yang lalu. Kau begitu memesonaku. Ada saja yang kau ceritakan. Tentang kesibukanmu sebagai prajurit. Hingga rencana-rencana ke depanmu.

Aku hanya mendengar ucapanmu. Tanpa menanyakan rencanamu akan kau wujudkan dengan siapa. Aku takut menanyakan. Aku khawatir kalau kau akan menertawakanku. Lalu kau anggap aku sebagai perempuan yang terlalu berani.

**

Kali ini pesanmu kau cuplikkan dari sebuah syair lagu.

"Oh...juwita apa kabarnya denganmu kini?"

Kubuka pesanmu. Sambil tersenyum dan menahan getaran dalam hati, jari tanganku gemetar mengetikkan balasan pesanmu itu.

"Juwita?"

"Iya."

"Salah sambung!"

"Kau tak merasa ya, yang?"

"Yang? Siapa lagi itu?"

Kunantikan balasan pesanmu dengan dada bergemuruh. Jika kau di depanku, sudah pasti kucubit lenganmu. 

Aku merasa kau menyebut nama yang tak biasa. Aku tak ingin gede rasa. Tetapi aku benar-benar penasaran. Jangan-jangan kau salah kirim pesan. Jangan-jangan itu pesan untuk perempuan lain.

Pesanku telah kau baca. Centang dua warna biru. Kau mengetikkan balasan. Kuperhatikan begitu lama kau menulis. 

"Ya kamu. Masa kamu nggak ngerasa sih?"

"Sebentar. Kamu merasa ngirim pesannya salah orang nggak? Coba cek nomor dan namanya."

"O...belum ngerasa juga ya, juwitaku. Hmmm. Aku ngirim pesan buat Ranti Amalia. Kamu kenal sama dia nggak?"

Deg. Jantungku semakin berpacu cepat. Tentu saja aku kenal nama itu. Itu namaku!

Aku ingin memperjelas semuanya. Aku mau meneleponmu. Namun suara ibu memanggilku untuk segera makan sahur. Aku menuju ruang makan untuk sahur bersama keluarga. 

Sementara aku masih mengetikkan balasan kepadamu.

"Kamu! Nggak usah bercanda!"

"Bercanda? Nggak! Aku serius, Ti. Aku ingin lebih dekat denganmu. Selamanya. Aku ingin kau menjadi  bu Setyo nanti."

Ah. Kurasa hatiku semakin bahagia bulan Ramadan ini. Jika kau di sini, kau akan melihat wajahku tersipu. Ya aku merasa rona wajahku berubah saat kau ingin menjadikan aku sebagai bu Setyo. Sebutan yang nantinya akan melekat padaku jika telah menjadi isterimu.

Semoga Allah memudahkan jalan kita.

===

Inspirasi lagu Lebih Dekat denganmu, Nanti (Juwita) by Yovie Nuno.


HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun