Manusia selalu berharap bisa mendapatkan sesuatu  sempurna dan sesuai impian maupun harapan. Ingin berprestasi, ingin dipuji, ingin keluarga yang harmonis dan segala ingin lainnya.
Lumrah memang. Namun ketika dihadapkan dengan orang lain atau pihak lain maka terkadang yang didapatkan tidak sesempurna keinginan, harapan dan impian. Malah terkadang berkebalikan seratus delapan puluh derajat.
Begitu juga yang kita lakukan dalam keseharian kita. Tak akan sempurna di mata orang lain. Ada saja yang salah di anggapan mereka. Sekalipun niatan kita adalah baik.
Bagaimana jika itu kita alami?
Memiliki niat yang baik pasti akan mengarahkan perilaku seseorang. Niat akan mendorong seseorang dalam mewujudkan sebuah tujuan.
Dokter menyuntikkan zat imun bagi anak sekolah misalnya. Bagi beberapa anak ada yang menganggap bahwa tindakan dokter atau bidan telah menyakiti mereka. Akhirnya anak-anak di sekolah menangis dan terkadang harus kejar-kejaran dengan guru demi lancarnya imunisasi.
Dengan sedikit paksaan, siswa akhirnya diimunisasi juga. Mereka kurang menyadari bahwa niat dan tujuan para dokter atau bidan yang menyuntikkan zat imun ke tubuh mereka adalah demi kesehatan mereka di masa yang akan datang.
Tentunya masih banyak lagi contoh lainnya. Bahkan bisa jadi kita mengalami sendiri. Membantu orang lain tetapi yang didapatkan hanya sakit hati. Air susu dibalas dengan air tuba.
Kebaikan tetap Harum meski disadari agak terlambat
Allah Maha Tahu, tidak pernah tidur. Dia yang akan menilai manusia itu baik ataukah tidak. Bagi manusia mungkin seseorang layaknya malaikat, belum tentu di mata Allah. Sebaliknya, buruk di mata manusia belum tentu buruk pula di mata Allah.
Manusia perlu menyadari saja bahwa segala sesuatu pasti ada nilai positif dan negatif. Seperti diri sendiri. Pasti memiliki sisi negatif juga. Tak sempurna. Karenanya tak perlu menganggap bahwa dirinya paling baik dan sempurna.