Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Niat Baik Tak Selalu Bernilai Baik di Mata Manusia, Lalu Bagaimana?

16 Maret 2020   13:46 Diperbarui: 16 Maret 2020   13:45 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia selalu berharap bisa mendapatkan sesuatu  sempurna dan sesuai impian maupun harapan. Ingin berprestasi, ingin dipuji, ingin keluarga yang harmonis dan segala ingin lainnya.

Lumrah memang. Namun ketika dihadapkan dengan orang lain atau pihak lain maka terkadang yang didapatkan tidak sesempurna keinginan, harapan dan impian. Malah terkadang berkebalikan seratus delapan puluh derajat.

Begitu juga yang kita lakukan dalam keseharian kita. Tak akan sempurna di mata orang lain. Ada saja yang salah di anggapan mereka. Sekalipun niatan kita adalah baik.

Bagaimana jika itu kita alami?

Memiliki niat yang baik pasti akan mengarahkan perilaku seseorang. Niat akan mendorong seseorang dalam mewujudkan sebuah tujuan.

Dokter menyuntikkan zat imun bagi anak sekolah misalnya. Bagi beberapa anak ada yang menganggap bahwa tindakan dokter atau bidan telah menyakiti mereka. Akhirnya anak-anak di sekolah menangis dan terkadang harus kejar-kejaran dengan guru demi lancarnya imunisasi.

Dengan sedikit paksaan, siswa akhirnya diimunisasi juga. Mereka kurang menyadari bahwa niat dan tujuan para dokter atau bidan yang menyuntikkan zat imun ke tubuh mereka adalah demi kesehatan mereka di masa yang akan datang.

Tentunya masih banyak lagi contoh lainnya. Bahkan bisa jadi kita mengalami sendiri. Membantu orang lain tetapi yang didapatkan hanya sakit hati. Air susu dibalas dengan air tuba.

Kebaikan tetap Harum meski disadari agak terlambat

Allah Maha Tahu, tidak pernah tidur. Dia yang akan menilai manusia itu baik ataukah tidak. Bagi manusia mungkin seseorang layaknya malaikat, belum tentu di mata Allah. Sebaliknya, buruk di mata manusia belum tentu buruk pula di mata Allah.

Manusia perlu menyadari saja bahwa segala sesuatu pasti ada nilai positif dan negatif. Seperti diri sendiri. Pasti memiliki sisi negatif juga. Tak sempurna. Karenanya tak perlu menganggap bahwa dirinya paling baik dan sempurna.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun