Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Tak Tahu Jadwal Ujian Skripsi

10 Maret 2020   10:21 Diperbarui: 19 Juli 2020   08:12 193
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saat ini aku dalam perjalanan ke kampus. Tergesa-gesa. Tadi pagi, selepas shalat Subuh, aku sangat santai menikmati hari. Tanpa beban. Meski aku masih belum wisuda seperti teman seangkatanku lainnya.

Ah...yang penting skripsiku sudah diACC sama dosen pembimbingku. Tinggal ujian pendadaran alis ujian skripsi. Aku sendiri sudah mendaftar ke kemahasiswaan kampus untuk ujian skripsiku itu. 

**

Menjelang siang hari, bapakku mencari-cariku. Padahal aku hanya berada di rumah. Tak ke mana-mana. Mendengar suaranya, aku menutup telingaku dengan bantal dan melanjutkan mimpiku. 

Kembali suara bapak mengetuk pintu dan memanggil namaku. 

"Bangun, le. Ini temenmu WA. Katanya kamu ujian..."

Samar-samar aku mendengar kata ujian. Langsung saja aku bangun dan membuka pintu kamar.

"Ada apa, pak?"

Bapak tak menjawab.

"HPmu ke mana saja? Temenmu sampai WA ke nomor bapak," ucap bapak sambil menyerahkan HPnya padaku.

Dengan mata yang pedih, aku membuka WA. Iya, ada nomor temanku yang mengabarkan kalau aku hari ini, pukul 10an, ujian skripsi.

Kutepuk jidatku. Bagaimana mungkin aku tidak tahu sendiri jadwal ujianku? Lalu kulihat jam dinding di ruang tengah yang berhadapan dengan pintu kamarku.

"Astaghfirullah... pukul 10.40?!" seruku.

Ibu yang tengah di dapur sampai merasa kaget. Aku yakin kalau ibu sampai tahu kekonyolanku, pasti aku sudah diomelinya.

Bapak mendekati ibu dan memberitahu kalau anak laki-lakinya sangat sembrono. Jadwal ujian pendadaran saja tidak tahu.

Dan benar! Ibu ngomel-ngomel. Kali ini aku merasa pantas untuk mendapat omelan bapak dan ibu. 

**

Aku pastinya tak akan lupa bantuan dua temanku meski mereka tak merasa membantuku. Ya sekadar memberikan kabar penting itu bagi dua temanku tidak terlalu penting. Tapi bagiku sangat berharga sampai kapanpun.

Dua temanku yang mengabariku adalah dua bersaudara. Kembar tepatnya. Sebut saja Sinta dan Santi. Namun karena nasib, mereka kuliah di kampus yang berbeda. 

Santi kuliah di kampus tempatku kuliah. Jurusan Tarbiyah. Sinta kuliah di perguruan tinggi negeri. Satu adik tingkatku. Satu lagi, adik tingkat tetanggaku. Nah kan, kebetulan banget! Tapi mereka belum pernah ke rumahku. Aku juga, belum ke rumah mereka, tak punya waktu.

Meski mereka terpisah kampusnya namun Sinta hampir tiap minggu bisa kuliah di kampus tempat kuliah Santi. Aku yakin teman-temannya plus dosen sampai hafal dan merasa heran dengan mereka. Kok mereka bisa kompak begitu. Aku sendiri juga heran dengan mereka.

Orang yang sudah kuliah kan biasanya kalau ada jam kosong pasti jalan-jalan, bersenang-senang. Lah ini nggak. Jam atau hari kosong kuliah malah kuliah di kampus lain. Kurang kerjaan kukira. Ahahaha...

Tapi justru itulah aku bisa mengenal mereka. Sama-sama dari kabupaten yang sama. Nah kalau ketemu kami biasa ngobrol ngalor ngidul tentang hal-hal tak penting.

"Aku pas praktek ngajar kemarin, murid-murid pada terpesona loh..."

Santi, Sinta dan Dar teman seangkatanku menyimak dengan sebal. Ya aku memang sering kepedean. 

"Mereka bilang aku mirip Adam Sheila..."

Mendengar ucapanku, serta merta dua teman kembar itu kompak bilang kalau aku terlalu pede. 

"Mirip Adam dari mana coba?" tanya Sinta.

"Dari sedotan..." sahut Santi.

"Yo mbuh. Kan yang bilang bukan aku" dengan enteng berkomentar.

"Lah itu tadi?" 

"Cuma cerita..." sahutku sambil meninggalkan mereka berdua.

Sedang Dar hanya tersenyum simpul melihat dua kembar itu kesal dengan ucapanku. Dar menyusul langkahku. 

**

Pukul 12.17, aku sampai kampus. Kulihat Sinta dan Santi bersama lainnya di depan bangku fakultas. 

Dengan santai meski hati kacau juga, aku menuju ke kemahasiswaan setelah Sinta Santi menyambutku dengan pertanyaan yang sudah bisa kutebak. Dan pertanyaan itu sudah dilontarkan bapak dan ibu di rumah tadi.

Yang jelas kalau mereka tanya tentang ketidaktahuanku itu, aku akan bilang yang sebenarnya. Pas hari pengumuman jadwal ujian, aku ke kampus. Aku di sana cukup lama. Sampai pukul 14.00. Terus aku pulang begitu saja. Tanpa pesan ke teman atau petugas kemahasiswaan untuk mengabari aku. 

Jadwal dipasang di papan pengumuman tepat aku sudah sampai di rumah. Sore, bakda Asar. Begitulah. Ternyata jatah ujianku di hari pertama jadwal ujian skripsi. Akhirnya ujianku dipending untuk beberapa hari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun