Kutepuk jidatku. Bagaimana mungkin aku tidak tahu sendiri jadwal ujianku? Lalu kulihat jam dinding di ruang tengah yang berhadapan dengan pintu kamarku.
"Astaghfirullah... pukul 10.40?!" seruku.
Ibu yang tengah di dapur sampai merasa kaget. Aku yakin kalau ibu sampai tahu kekonyolanku, pasti aku sudah diomelinya.
Bapak mendekati ibu dan memberitahu kalau anak laki-lakinya sangat sembrono. Jadwal ujian pendadaran saja tidak tahu.
Dan benar! Ibu ngomel-ngomel. Kali ini aku merasa pantas untuk mendapat omelan bapak dan ibu.Â
**
Aku pastinya tak akan lupa bantuan dua temanku meski mereka tak merasa membantuku. Ya sekadar memberikan kabar penting itu bagi dua temanku tidak terlalu penting. Tapi bagiku sangat berharga sampai kapanpun.
Dua temanku yang mengabariku adalah dua bersaudara. Kembar tepatnya. Sebut saja Sinta dan Santi. Namun karena nasib, mereka kuliah di kampus yang berbeda.Â
Santi kuliah di kampus tempatku kuliah. Jurusan Tarbiyah. Sinta kuliah di perguruan tinggi negeri. Satu adik tingkatku. Satu lagi, adik tingkat tetanggaku. Nah kan, kebetulan banget! Tapi mereka belum pernah ke rumahku. Aku juga, belum ke rumah mereka, tak punya waktu.
Meski mereka terpisah kampusnya namun Sinta hampir tiap minggu bisa kuliah di kampus tempat kuliah Santi. Aku yakin teman-temannya plus dosen sampai hafal dan merasa heran dengan mereka. Kok mereka bisa kompak begitu. Aku sendiri juga heran dengan mereka.
Orang yang sudah kuliah kan biasanya kalau ada jam kosong pasti jalan-jalan, bersenang-senang. Lah ini nggak. Jam atau hari kosong kuliah malah kuliah di kampus lain. Kurang kerjaan kukira. Ahahaha...