Juna memandangiku lekat-lekat. Dia masih saja menanyakan sikap dan keputusanku untuk menerima pinangan Rian.
Ya. Aku dan Juna selama bertahun-tahun menjalin hubungan asmara. Namun semua itu harus berakhir.Â
Juna tak juga memiliki keberanian untuk melamarku. Memang orang tuaku tak memberikan restu untuk langkah kami. Jadi dia berusaha untuk meyakinkan orangtuaku pelan-pelan. Namun orang tuaku ternyata memiliki rencana untuk menjodohkan aku dengan salah satu karyawan perusahaannya.
Orangtuaku berpandangan bahwa lelaki pilihannya itu bisa membimbingku di masa depan. Lelaki bernama Rian itu bukanlah berasal dari keluarga berada. Namun dia termasuk lelaki yang ulet dan bertanggung jawab.
Di suatu kesempatan, Rian bertandang ke rumah. Penampilannya tak seperti lelaki yang kukenal. Dia sangat sederhana. Tentang fisik, kukira Juna lebih ganteng.
**
"Beri aku kesempatan, Ir. Tahun depan aku akan melamarmu..." bujuk Juna.
Hatiku sendiri sudah merasa lelah dengan hubungan tanpa restu. Sementara dia tak pernah mau menemui dan ke rumah. Sekadar meyakinkan bahwa dia serius dan mau menghadapi orangtuaku.
Tangan Juna menggenggam jemariku. Kuhela nafas. Kutarik tanganku.
Juna terkejut dengan kelakuanku.Â
"Oke! Kalau kamu mau seperti itu. Lihat apa yang akan kulakukan!" suara Juna terdengar kesal.