"Eh...tapi belum tentu juga ya. Kudengar dari pamannya, Aji sekarang jadi tentara juga. Nggak bisa bebas ke mana-mana..."
**
Di pesta pernikahan Amalia ini semua sahabat masa kecil kami datang. Di antara mereka ada yang sudah menikah, tunangan, punya anak. Sementara aku?
Aku berusaha mencari sosok Aji yang bisa saja datang, entah dengan siapa. Dan jika kutahu dia telah menemukan belahan hatinya, hanya satu yang aku harapkan, bisa melupakan mimpiku bersamanya.
Suasana pesta begitu ramai meski dengan pesta adat tradisional. Semua tamu undangan mengikuti acara demi acara dari panggih manten hingga sungkeman.
Kubayangkan aku dan Aji yang menjalani prosesi itu. Lalu bayang-bayang itu kutepis jauh-jauh.
"Sudah, Ra. Sudah! Lupakan dia" batinku.
**
Akhirnya pesta pernikahan usai. Satu persatu tamu undangan berpamitan. Demikian juga aku.
Aku berpamitan pada Amalia, suami dan keluarganya. Kupeluk erat sahabatku itu. Diam-diam kupetik kembang kanthil yang masih terjuntai di bahu kiri Amalia.
Aku begitu bodoh melakukan itu. Ya dari dulu, ada sebuah mitos kalau perjaka atau perawan bisa mencuri kembang kanthil manten maka dia akan segera menyusul menikah.