Tikus-tikus berkejaran ke sana kemari. Terkadang menyambar apa saja yang ada di atas meja, entah di dapur, kamar, ruang tamu. Gelas penuh air pun bisa tersambar oleh tikus-tikus nakal.
Di kamar Puput, Anggora ketakutan. Keringat dingin membanjiri tubuhnya yang penuh bulu halus. Dia menunggu-nunggu kedatangan Puput. Tapi tak muncul juga di kamar.
"Eong...eong..." suara Anggora melemah.Â
Meski begitu, Emas yang kebetulan lewat sekitar kamar Puput mendengar suara Anggora.Â
"Anggora, ada apa denganmu? Kenapa seharian tak keluar dari kamar?"
Tak ada sahutan dari Anggora. Emas penasaran dengan apa yang terjadi pada Anggora. Dilihatnya pintu kamar Puput tertutup. Emas mencari celah untuk lewat agar bisa masuk kamar Puput.Â
Tiba-tiba Emas ingat bahwa jendela kamar Puput selalu terbuka. Emas segera berlari keluar dan menuju jendela kamar Puput.
Dan benar, jendela kamar Puput terbuka. Emas meloncat ke dalam kamar. Di sudut kamar terlihat Anggora menangis.
"Kenapa kamu menangis? Apa yang terjadi?"
Anggora menunjuk ke arah sisi kanannya. Ada beberapa tikus yang menggodainya. Anggora ketakutan. Namun ketakutan Angora semakin membuat tikus-tikus bersemangat mengganggunya.
"Hai, apa yang kalian lakukan pada Anggora?" tanya Emas kepada tikus-tikus.