Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Keseruan Menjadi Orang Kembar

24 Desember 2019   00:21 Diperbarui: 24 Desember 2019   00:22 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: mommyasia.id

**

Meski kami kembar, bukan berarti nasib kami sama. Rezeki kami beda. Saya menikah tahun 2008. Kembaran saya tahun 2019 menikah. Tentu saya sangat berbahagia dengan pernikahannya.

Rasa sedihnya ketika saya menikah dulu terbayang di hati dan pikiran saya. Saya tahu informasi itu dari teman kerjanya.

"Mbak Zah nangis, mbak. Dia lari ke kamar mandi. Sembunyi-sembunyi nangisnya. Terus kuhibur dia. Rezeki memang beda..."

Kembaran saya menyadari, namun mungkin rasa kehilangan teman sekaligus saudara yang membuatnya menangis. Maklum setelah lulus SMA, meski beda kampus, saya sering mengantar-jemput dia. 

Selama 26 tahun bersama, lalu saya dinikahi seorang lelaki. Mungkin itulah yang membuatnya terpukul. Dengan jeda waktu sebelas tahun, akhirnya dia dipertemukan dengan jodohnya. 

Alhamdulillaah. Bahagianya juga bahagia saya. Doa mengalir dari para sahabat. Baik sahabat masa SD, SMP, SMA, kuliah maupun penulis yang mengenal saya. Juga saudara-saudara di perantauan.

Masih ada saudara yang keliru mendoakan. Dia mengira saya yang menikah, padahal saya sudah punya suami dan tiga anak. Teman penulis pun sempat bingung. Ada yang mengira hal yang sama. Ada juga yang mengira saya menikahkan anak. 

Jika berbicara tentang keseruan dan lucunya pengalaman sebagai orang kembar, pasti tak ada habisnya. 

Satu lagi, meski terlahir kembar, saya pribadipun kalau bertemu teman, adik kelas, atau kakak kelas yang kembar pasti juga bingung untuk menyebut namanya. Seperti kemarin ketika jagong manten di tempat saudara, saya menyapa adik kelas masa SMA. Tetapi, saya bertanya pada kembaran saya yang kebetulan juga ikut jagong.

"Itu tadi Ana apa Ani ya?" 

Nah kan? Seru juga punya kenalan yang kembar. Bagaimana dengan anda?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun