Mohon tunggu...
Zahrotul Mujahidah
Zahrotul Mujahidah Mohon Tunggu... Guru - Jika ada orang yang merasa baik, biarlah aku merasa menjadi manusia yang sebaliknya, agar aku tak terlena dan bisa mawas diri atas keburukanku

Guru SDM Branjang (Juli 2005-April 2022), SDN Karanganom II (Mei 2022-sekarang) Blog: zahrotulmujahidah.blogspot.com, joraazzashifa.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Kisah Ikan Buntal, Lobster, dan Cumi Bersama Pak Hiu

19 Desember 2019   06:10 Diperbarui: 19 Desember 2019   06:26 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: edubio.info

Di kedalaman Laut Jawa, hewan-hewan laut bermain bersama. Berkejar-kejaran. Riang gembira. Akan tetapi mereka tak berani bermain terlalu tinggi, mendekati permukaan air laut. Mereka sadar bahwa keberadaannya terancam oleh aktivitas manusia, memancing.

Memancing jika dilakukan dengan alat yang aman, secara tradisional, mungkin tak begitu membuat mereka khawatir. Tetapi jika sudah mempergunakan pukat harimau atau alat sejenis, mereka sudah pasti terancam habis.

**

Sambil bermain dan berkejar-kejaran, hewan-hewan laut berbincang. Ada Lobster, Ikan Buntal, bintang laut, kuda laut, Ikan Badut dan sebagainya. Mereka sangat rukun. Ada satu hewan yang tak terlihat, Cumi.

"Kok kamu mau berteman dengan Cumi sih, Ster?" tanya Ikan Buntal kepada Lobster. Ikan Buntal merasa heran ketika mengingat bahwa Lobster bersahabat dengan Cumi yang tak segan mengeuarkan senjata pamungkasnya, cairan tinta hitam.

"Dia baik, Buntal. Lagipula yang namanya berteman itu boleh dengan siapa saja kan?"

"Iya sih, Ster. Tapi, aku pernah dijahati Cumi..."

Ikan Buntal lalu bercerita tentang pengalamannya ketika bermain dengan Cumi. Waktu itu tanpa sengaja Ikan Buntal menggembungkan perutnya dan membuat kaget Cumi.

Tanpa sadar Cumi mengelurkan cairan tinta hitamnya ke arah Ikan Buntal.

"Mataku jadi pedih, Ster. Beberapa waktu mataku tak bisa melihat apapun. Makanya aku tak mau bersahabat dengan Cumi lagi..."

"Ah...ternyata seperti itu ceritanya..."

Lobster jadi ingat percakapannya dengan Cumi beberapa hari yang lalu. Cumi bercerita kalau dia sangat sedih karena Ikan Buntal tak mau memaafkannya.

"Apa tak sebaiknya kamu maafkan saja, Buntal. Bukankah Cumi sudah menemuimu dan meminta maaf?"

"Nggak mau! Dia jahat!"

"Dia cerita padaku kalau menyesal, Buntal..."

Wajah Ikan Buntal menjadi merah. Dia menyimpan rasa kesal kepada Cumi. 

**

Hari berikutnya, Lobster mengajak Ikan Buntal bermain di taman. Mereka sangat senang bermain di sana. Tumbuhan laut sangat banyak, bisa digunakan untuk bermain petak umpet yang seru dan asyik.

Hewan lain juga berada di taman itu. Mereka bersyukur, tempat tinggal mereka masih aman dari gangguan manusia. Tetapi ketika bermain seperti itu, mereka tetap harus berhati-hati. Ada Pak Hiu jahat yang suka marah-marah. Lobster dan Ikan Buntal pernah dimarahi Pak Hiu itu. 

Ketika asyik bermain petak umpet, tiba-tiba Cumi mendekati persembunyian Ikan Buntal. Seperti biasa, ketika terkejut, Ikan Buntal menggembungkan perutnya.

Ajaib! Cumi itu tak menyemburkan tintanya seperti dulu. Cumi malah meminta maaf.

"Ah...maafkan aku, Buntal. Aku membuatmu terkejut..."

Ikan Buntal bersungut-sungut. Dia merasa kaget, sekaligus marah dan kesal. Dia ingat bagaimana rasa ketika matanya terkena cairan tinta Cumi.

"Kamu itu! Ngapain di sini! Kamu pergi!" Ikan Buntal mengusir Cumi. Cumi merasa sedih. Dia membalikkan tubuhnya.

"Tunggu, Cumi. Kamu di sini dulu!" seru Lobster.

"Biarkan dia pergi, Ster!" teriak Ikan Buntal.

"Tidak, Buntal. Kalian nggak boleh bertengkar terus. Nggak boleh musuhan terus..." ucap Lobster.

"Sekali dia menyakitiku, aku tak mau berteman dengannya!"

Ikan Buntal berlalu. Tiba-tiba dari arah belakang mereka bertiga terdengar suara yang tak begitu asing. Pak Hiu!

"Hai, kalian bertiga. Kenapa ribut-ribut. Kalau masih ribut juga kumakan kalian..." ucap Pak Hiu. Mereka ketakutan. Mereka berusaha menjauhi Pak Hiu. 

Dengan susah payah mereka berlari. Namun meski mereka cepat ketika berlari, dengan mudah Pak Hiu mengejar.

"Kalian berdua berlarilah yang jauh. Biar aku yang hadapi Pak Hiu!" seru Cumi kepada Ikan Buntal dan Lobster.

Cumi berhenti dan membalikkan badan. Dia berenang ke arah Pak Hiu. Dia ingin menyelamatkan kedua temannya itu. 

"Berani sekali kau, Cumi kecil. Kamu mau melawanku?" suara Pak Hiu menggelegar. Cumi sebenarnya merasa takut, tetapi demi dua temannya, dia bertahan. 

Cumi memberanikan diri sejajar dengan kedua mata Pak Hiu. Lalu dikeluarkannya senjata andalannya. Pak Hiu berteriak. Cumi senang karenanya.

**

Sekarang Cumi sudah dimaafkan Ikan Buntal. Akhirnya mereka bertiga bermain bersama lagi. 

Tiba-tiba ibu mereka menghampirinya.

"Kalian harus minta maaf pada Pak Hiu" ucap Ibu Cumi.

"Loh kenapa, bu? Kan Pak Hiu jahat. Ya kami beri pelajaran..."

"Hei, sejak kapan kamu belajar nakal pada orang yang lebih tua, nak? Ibu sedih" ujar Ibu Cumi. Cumi menjadi sedih juga mendengar perkataan ibunya.

"Iya. Bagi kalian, Pak Hiu sangat jahat. Tetapi bagi ibu, Pak Hiu sangat baik..." ucap Ibu Lobster.

"Benar ucapan Ibu Lobster. Pak Hiu telah membantu kami untuk menjaga keselamatan anak-anak. Seperti kalian ini..." ujar Ibu Ikan Badut.

"Kami lebih sedih lagi sekarang. Mata Pak Hiu sekarang sakit. Dari cerita Bu Hiu, matanya terkena tintamu, nak..." ucap Ibu Cumi sambil menangis.

"Maafkan aku, bu..."

***

Ikan Buntal, Cumi dan Lobster bersama ibu mereka, mengunjungi Pak Hiu.

"Maafkan aku, Pak Hiu. Karena aku, Pak Hiu jadi sakit..." ucap Cumi.

"Tak apa, Cumi kecil. Lain kali hati-hati ya ketika menggunakan tintamu..."

"Iya, pak Hiu. Terimakasih"

"Saya juga minta maaf, Pak Hiu. Dulu saya tak mau mendengarkan nasehat Pak Hiu..." ucap Ikan Buntal.

"Saya pun minta maaf, Pak Hiu..." ucap Lobster.

Pak Hiu tersenyum. Ikan Buntal, Cumi dan Lobster belum pernah melihat Pak Hiu tersenyum seperti itu.

"Yang penting kalian hati-hati kalau bermain. Kalian harus kasihan pada ibu kalian. Nggak boleh bandel. Kalau sore langsung pulang, biar ibu kalian tak kebingungan..."

Cumi, Lobster dan Ikan Buntal mengangguk. Mereka kalau bermain memang sering lupa waktu. 

"Kalau kalian patuh pada orang tua, aku juga tak perlu sering marah pada kalian. Aku hanya membantu ibu kalian. Mereka sering cemas ketika kalian belum pulang..."

Cumi, Lobster dan Ikan Buntal baru sadar bahwa marahnya Pak Hiu karena memang jadi tugasnya. Pak Hiu adalah pemimpin di tempat tinggal mereka. Jadi, pak Hiu berusaha melindungi seluruh warganya, agar aman dan selamat. Marahnya Pak Hiu karena sayang pada anak-anak seperti Lobster, Ikan Buntal dan Cumi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun