"Lalu kenapa kamu berlarian terus seperti itu? Padahal kami ingin mengajakmu bermain dan naik di punggung kami..."
Anak raja monyet itu membelalakkan matanya. Dia heran ketika mendengar ucapan kerbau itu. Makhluk sebesar itu tak seperti raja monyet, ayahnya. Kerbau itu sangat baik. Tak ada keinginan menyakiti makhluk lain. Sementara ayahnya dengan semena- mena memukulinya dan teman- teman kalau tak segera mencarikan makanan untuknya.
**
Di rumahnya, anak- anak raja berkumpul untuk makan bersama. Mereka asyik menceritakan pengalamannya tadi kepada ibunya.
"Wah, bu. Tadi ada kerbau besaaaar sekali. Tapi dia baik hati. Dia mengajakku dan teman- teman naik ke punggungnya..." cerita anak sulung raja monyet.
"Iya, bu. Tadi aku berpikir kalau dia jahat, saking besarnya. Kata ayah kalau ada binatang besar itu boleh menyakiti hewan lain, seperti ayah. Ternyata dia tak seperti itu..." sahut si bungsu raja.
"Besok kami mau bermain lagi dengannya. Boleh kan bu...?"
"Kalian tak boleh bermain dengannya!" teriak raja monyet. Anak- anak monyet ketakutan. Mereka bersembunyi di belakang punggung ibunya.
"Cuma aku... akulah hewan paling besar di antero kerajaan ini...!"
**
Pagi harinya, kerajaan monyet ramai oleh suara deru yang sangat asing. Mereka merasa takut. Mereka khawatir kalau ada bencana di kerajaan.